Mohon tunggu...
Oktrianto Blanco
Oktrianto Blanco Mohon Tunggu... -

Be fun forever

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebutir Nasi yang Terlupakan...

1 Juni 2014   23:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:50 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Apa aku sudah tidak berarti lagi untukmu?”

“Apa karena aku sebutir,

maka tidak berpengaruh atas kenyang tidaknya dirimu?”

“Atau karena dirimu mampu membeli saudara-saudaraku yang lain?”

“Sehingga kau lupa,

bahwa masih ada AKU pada piring makanmu.”

Akankah kau terus seperti ini?

Tidak apa-apa aku ditelantarkan seperti ini,

tapi bagaimana dengan saudara-saudaraku yang lain?

Akankah engkau memperlakukan mereka sama denganku?

“Ingatkah engkau,

berapa banyak saudaraku yang telah engkau telantarkan?”

“Dan berapa banyak lagi yang akan kau telantarkan?”

“Ya Tuhan,

untuk apa Engkau menciptakan aku,

kalau ternyata aku harus berakhir seperti ini?”

“Ya Tuhan,

ampunilah mereka,

sebab mereka tidak menyadari,

apa yang telah mereka perbuat kepadaku dan semua saudaraku.”

“Inilah nasibku,

sebutir nasi yang terlupakan.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun