“Apa aku sudah tidak berarti lagi untukmu?”
“Apa karena aku sebutir,
maka tidak berpengaruh atas kenyang tidaknya dirimu?”
“Atau karena dirimu mampu membeli saudara-saudaraku yang lain?”
“Sehingga kau lupa,
bahwa masih ada AKU pada piring makanmu.”
Akankah kau terus seperti ini?
Tidak apa-apa aku ditelantarkan seperti ini,
tapi bagaimana dengan saudara-saudaraku yang lain?
Akankah engkau memperlakukan mereka sama denganku?
“Ingatkah engkau,
berapa banyak saudaraku yang telah engkau telantarkan?”
“Dan berapa banyak lagi yang akan kau telantarkan?”
“Ya Tuhan,
untuk apa Engkau menciptakan aku,
kalau ternyata aku harus berakhir seperti ini?”
“Ya Tuhan,
ampunilah mereka,
sebab mereka tidak menyadari,
apa yang telah mereka perbuat kepadaku dan semua saudaraku.”
“Inilah nasibku,
sebutir nasi yang terlupakan.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H