Mohon tunggu...
Okto Muharman
Okto Muharman Mohon Tunggu... -

Anak Seorang Guru dan Ibu Rumah Tangga Yang Bercita-cita jadi Penulis dan Enterpreneur

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tumpah Air di Teko

10 Maret 2013   12:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:01 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kursi itu menunggu titahmu jalinan cinta rotan tua

Pohon jambu samping kamarku berguguran.

Kelelawar malam. Kertap hujan tak kedengaran.

Bunga kemuning..?? tak beraroma tiga puluh hari yang lalu.

Rinduku dibalut ragu dalam

Melodi di benakku; Mimpi tersungkur kaku.

Kemudi mu menuju Nusa itu.

Kapalku...?? tak henti menari di gelombang rindu.

Hampir setengah jam ketika

Kugoreskan tinta masa.

Tak ada cerita telepon genggam bicara.

Kulempar; waktu membungkamnya.

Sulutan kretek, batang terakhir dari bungkusnya.

Korek api..?? tak berwarna warna cahaya diseberang jalan raya.


Mataku masih terjaga.

Mimpiku semalam bersama tidurmu

Elegi sepi menanti pagi berkidung sunyi.

Terjaga; tumpah air teko tua

Bulanku,92012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun