Mohon tunggu...
Oktiani Endarwati
Oktiani Endarwati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pencerita Cerita perjalanan, kunjungi Instagram @oktiwul Blog: http://kicauanoktiwul.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suku Penguasa Angin

24 Mei 2014   18:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Matahari terlalu bersemangat pagi ini sedangkan aku sudah lelah, kehabisan bekal, dan ongkos. Tidak tahu lagi harus ke mana. Seminggu aku berpindah-pindah menumpang mobil bak terbuka, bertukar cerita dengan sopir sebagai bayarannya. Terkadang aku harus menumpang tidur di gubuk atau rumah warga, menyambung hidup dengan membantu mereka. Apapun aku kerjakan agar mendapat penghasilan. Meski begitu tujuanku tetap mantap ke tempat suku penguasa angin. Apa yang mendorongku untuk pergi ke tempat itu? Jawabnya karena aku ingin bertemu dengan kepala suku penguasa angin. Aku ingin membuktikan kepada anak-anakku kelak bawah suku penguasa angin itu ada. Kabar yang aku dapat, suku penguasa angin berada di utara kota ini. Sudah dua hari aku berjalan menuju utara tetap saja tidak menemukan suku tersebut. Lima negara sudah kulalui bahkan aku melewati sebuah daerah perbatasan yang dipimpin oleh tiga negara. Daerah tersebut dibagi menjadi tiga bagian yang masing-masing dipimpin oleh raja yang berbeda.

Oh iya, aku adalah penjaja cerita. Jika kau bertanya apa pekerjaanku, tentu saja menjajakan cerita. Menceritakan berbagai macam cerita untuk orang lain sesuai permintaan mereka. Terserah kalian mau diceritakan apa saja karena aku memiliki berjuta-juta cerita yang tidak pernah habis untuk diceritakan. Sekarang, sudah berjam-jam aku berjalan. Mungkin sudah sejauh 10 KM dari tempat awalku istirahat. Menurut orang yang kutanya tadi, tempat tinggal suku penguasa angin tidak jauh lagi dari sini. Namun yang kutemukan hanyalah hamparan rumput ilalang yang luas, tebing-tebing besar, dan tidak ada satu pun yang bisa aku tanyakan di sini. Sempat aku putus asa ingin kembali pulang.

Aku terduduk di bawah pohon, melihat sekeliling, dan merasakan sejuknya angin siang itu. Tiba-tiba angin bertiup kencang, sangat kencang dan hampir saja menerbangkan topiku. Langit menjadi gelap, suara langit menjadi berisik. Kulihat ke atas. Ada sebuah layang-layang besar terbang di atas luasnya rumput ilalang. Layang-layang itu sangat besar sehingga menutupi hampir seluruh ladang luas tersebut. Layang-layang itu berwarna cokelat menutupi cahaya matahari. Di atas layang-layang itu banyak orang berteriak, berseru, tertawa, saling berbicara. Di antara layangan yang paling besar ada beberapa layang-layang kecil yang terbang dikemudikan oleh orang-orang. Mereka sangat pandai menggerakan layang-layang seolah-olah angin adalah sahabat mereka. Badan mereka terlihat ringan berdiri di atas layang-layang yang ukurannya tidak terlalu besar. Di bawahnya seperti ada pusaran angin yang membuat layang-layang tersebut tetap terbang di langit. Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Mungkinkah itu suku penguasa angin?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun