[caption id="attachment_325590" align="aligncenter" width="300" caption="Foto bersama Beben Jazz (tengah)"][/caption]
Musik jazz mengingatkan saya ketika mewawancarai Beben Jazz saat liputan kampus. Sebenarnya sudah lama saya menulis ini namun baru sempat mampir lagi ke blog kompasiana. Yaa, kebiasaan saya memang lama memendam tulisan. Hehehe.
Saya bukanlah penyuka musik jazz. Dibilang suka, tidak, dibilang tahu juga sedikit, hanya sebagai penikmat saja. Ketika mewawancarai Beben Jazz, dia mengatakan bahwa dirinya adalah jazz dan jazz adalah dirinya sendiri. Beben sudah menyukai jazz sejak lama, bahkan musik jazz sudah menjadi identitasnya.
Melihat antusias masyarakat yang bergitu besar terhadap musik jazz sekarang tentu berbeda dengan zaman dulu. Dulu, hanya kalangan tertentu saja yang menyukai musik Jazz. Biasanya hanya diputar di café atau hotel seakan jazz hanya musik untuk kalangan elit dan hanya didengar oleh orang tua. Kalangan menengah ke bawah cenderung tidak ada. Mungkin dikarenakan pada saat itu tidak banyak klub atau kelompok jazz yang mempromosikan dirinya sehingga orang kurang tahu musik jazz. Sekarang, Jazz telah menjamur di mana-mana. Tidak hanya di café, bahkan di kampus pun sudah banyak penyuka musik Jazz.
Menurut Beben, Jazz adalah musik demokrasi tetapi juga personal. Musik Jazz bisa memperlihatkan karakter orang. Kesukaannya pada musik jazz sudah dari lama karena jazz membuat dirinya lebih percaya diri. Melalui jazz ada sebuah kebebasan untuk bergaul dan bersosialisasi. Beben mengaku dirinya termasuk orang yang spontan, suka kebebasan dalam arti positif, dan jazz merupakan musik yang paling mudah. Oleh karena itu Beben menyukai jazz dan sudah tertanam dalam dirinya.
“Kadang-kadang manusia takut untuk mengambil suatu keputusan karena takut keluar dari zona nyaman. Padahal, melakukan kegiatan yang sama terus menerus sangat membosankan. Saya harus bergerak dan berkembang. Saya ga boleh berdiam karena itu bukanlah sifat orang jazz. Orang jazz selalu mencari kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam hidupnya. Dan masih banyak alasan sayan menyukai Jazz.” Tuturnya bersemangat.
Kecintaannya pada musik jazz dan kegemarannya bersilaturahmi mendorong Beben untuk membuat sebuah komunitas yang bisa dijadikan ajang kumpul bersama. Dia terus memperjuanglan eksistensi Jazz lewat komunitas yang dipimpinnya, yaitu Komuniitas Jazz Kemayoran (KJK). Sebuah komunitas berkonsep “Jazz Untuk Semua”. Semua orang tanpa batasan usia dapat bergabung di komunitas ini. Tujuan utama komunitas ini dibentuk untuk silaturahmi. Setiap bulan selalu ada orang baru atau band baru. KJK aktif mengadakan acara setiap bulan berisi Putar Film Jazz, Perfomance Bands, Workshop, dan Jam Session. Beberapa band-band jazz yang bergabung di KJK juga sudah pernah tampil di event-event besar.
Kegiatan bulanan KJK berawal dari rumah Beben di Kemayoran. Mereka melakukan putar film, diskusi, perform 10 band yang dilakukan di teras rumah pinggiran kali sunter. Di tahun ke-2 dan 3 mereka tampil di PRJ. Tahun ke-4 dan 5 tampil di Thamrin City, Epicentrum, Fx, dan dua tahun terakhir mereka ada di Wisma Proklamasi di Jalan Proklamasi no. 41. Kegiatan seperti itu rutin setiap hari Jumat di minggu terakhir setiap bulan. Ada lagi kegiatan lain KJK. Kegiatan itu adalah diskusi yang membahas tematik setiap hari Rabu setiap minggu di Jl. Kampung Irian no. 31, Serdang, Jakarta Pusat. Di rumah berwarna kuning hitam itulah mereka berkumpul dari pukul 19.00 hingga 22.00 WIB untuk mendiskusikan satu tema.
Komunitas Jazz Kemayoran mempunyai tujuan tersendiri. Pertama, brotherhood: silaturahmi lewat jazz. Artinya dengan suatu misi sederhana minimal lewat acara dapat bersilaturahmi, mendapatkan teman baru yang sehobi, yang sama-sama mencintai dan ingin tahu lebih dalam mengenai musik jazz.
Kedua, edukasi. Banyak hal yang bisa dipelajari melalui musik jazz. Dalam musik jazz banyak hal yang bisa dipelajari dari sejarah maupun makna filosofis sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jazz bukan hanya musik orang tua saja karena jiwa jazz tidak demikian. Jazz untuk siapa saja, jazz untuk segala usia. Jazz untuk segala bangsa dan kalangan. Itulah salah satu nilai yang coba dikembalikan dan diperjuangkan oleh KJK.
Ketiga, usefull (bermanfaat). Lewat KJK yang tadinya hanya hobi jazz akhirnya bisa mendapatkan penghasilan dari jazz, bahkan hidup dari jazz. Mereka dapat mewujudkan impiannya melalui jazz main di festival skala nasional maupun internasional lewat KJK.
“Mereka perlu wadah. Makanya ketika saya buat KJK, mereka berkumpul semua. Mereka butuh tempat hidup dalam artian mencari uang. Dari situlah saya merambah ke mall, hotel, agar jazz masuk ke kalangan masyarakat. Saya mencoba melalui KJK untuk merambah ke sana. Saya membangun komunitas, tempat belajar, dan saling berbagi.” Jelas Beben.
Musik adalah sesuatu yang tidak bisa dipaksakan. Kewajiban Beben hanya memperkenalkan, memperdengarkan, tetapi tidak memaksa orang untuk menyukai jazz. Musik adalah masalah selera. Masalah mereka suka atau tidak dengan musik jazz, apakah mereka sudah mendengarkan musik jazz? Bisa saja mereka belum pernah mendengarkan musik jazz sehingga tidak bisa memberikan tanggapan tentang musik jazz. Mulai menjamurnya jazz ke dunia kampus diharapkan mempunyai tujuan yang jelas. Jangan sampai membangun acara yang meriah dengan sponsor banyak tetapi tujuan akhirnya adalah uang. Kalau tidak ada uang sponsor, acara tidak berjalan atau banyak uang tapi mengurangi honor pemain musik. Yaa, jangan sampai seperti itu. Berani jujur dalam setiap tindakan agar hasilnya memuaskan.
Oktiani Endarwati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H