Mohon tunggu...
Oktian ChandrA
Oktian ChandrA Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Identitas Diri Antara Dunia Maya dan Realita - Virtual Identity

17 Mei 2016   12:32 Diperbarui: 17 Mei 2016   12:37 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Substansi gagasan tentang virtualitas pada dasarnya adalah bagaimana spesies manusia akan dilibatkan, tanpa mengetahuinya , dalam tugas pemprograman kode untuk pelenyapan dunia secara otomatis, karena memang sudah tidak ada lagi dunia yang asli ( baudrillard, 1995; 102).

Menurut Yasraf Amir Piliang, realitas virtual bukan merupakan sesuatu yang real, melainkan realitas lain, disebut realitas karena sesuatu yang bersifat materi dan objektif, yang hanya dikenali dan dipahami lewat mekanisme intuisi dan indra, membawa kita pada pandangan materialisme mengenai realitas. munculya sebuah realitas lain merupakan bentuk dari realitas yang sudah ada, dan merupakan sebuah pengembangan.

Oleh sebab itu dengan semakin berkembangnya realitas virtual, dengan itu pula terciptalah cyberspace. Didalam cyberspace tersebut terdapat ruang-ruang, yang diantaranya adalah cyberculture (budaya digital) dan cybersociety(ruang sosial digital).

Sekarang ini, ruang sosial yang ada di dunia nyata, kini dapat dicarikan substansinyaa di dalam dunia digital ( cyberspace). menurut (amir piliang, 2004) cyberspace juga telah mempengaruhi kehidupan sosial di luar ruang, setidaknya ada tiga tingkat pengaruhnya, yaitu tingkat individu, kelompok, dan masyarakat

Pada tingkat individual

Cyberspace telah menciptakan perubahan yang mendasar tentang identitas. sistem komunikasi di jembatani oleh komputer, dan hal tersebut telah melenyapkan batas-batas identitas itu sendiri di dalamnya. dalam arti lain menjadi orang yang berbeda-beda identitasnya di waktu yang bersamaan. menjadikan semacam kekacauan identitas, yang akan memperngaruhi persepsi, pikiran, personalitas dan gaya hidup. bila semua orang bisa memakai identitas apapun, maka tidak ada lagi yang namanya identitas itu sendiri.

Pada tingkat antar individu/kelompok

Perkembangan komunitas virtual didalam cyberspace telah menciptakn relasi-relasi sosial yag bersifat virtual di ruang-ruang virtual (virtual shopping, virtual game, virtual conference, virtual sex, dan virtual mosque). relasi-relasi sosial virtual tersebut telah menggiring ke arah semacam deteritorialisasi sosial (social deterritorialization), dalam pengertian, bahwa beragai interaksi sosial masa kini tidak memerlukan lagi ruang dan teritorial yang nyata (dalam pengertian konvensional), melainkan halusinasi teritorial. didalam halusinasi teritorial tersebut, orang boleh jadi lebih dekat secara sosial dengan yang jauh secara teritorial, ketimbang seseorang yang dekat secara teritorial, akan tetapi jauh secara sosial.

Pada tingkat masyarakat

Cyberspace diasumsikan dapat menciptakan satu model komunitas demokratik dan terbuka yang disebut rheingold komunitas (imaginary community). didalam komunitas konvensional, anggota masyarakat memiliki kebersamaan sosial (social sharing) dan solidaritas sosial (social solidarity) menyangkut sebuah tempat (desa, kampung, atau kota) yang didalamnya berlangsung interaksi sosial face to face. didalam komunitas virtual diperlukan imajinasi kolektif tentang tempat (place) tersebut, yang tidak ada didalam sebuah ruang nyata(real space), melainkan sebuah tempat imajiner (imaginary place) yang berada didalam ruang bit-bit komputer.

 Kekhawatiran lainnya dari virtual identity bagi individual yang menyalah gunakan fasilitas dunia cyber mengakibatkan mereka terlalu bebas dengan identitasnya. Sampai dimana pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut, mungking hanya berani unjuk gigi dan berkomentar didunia cyber, khususnya media sosial. mereka hanya akan berani berkata-kata tanpa harus bertatap muka secara langsung, dengan objek atau individu yang menjadi sasarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun