"Kontennya dikasih caption dong."
"Jangan lupa ajukan bahan untuk materi bulan depan."
Sekilas, tidak ada yang salah atau bermasalah dengan pernyataan tersebut. Maksud saya, dengan tidak ada yang salah adalah kalimat tersebut cukup netral, tidak mengandung konten yang bernada menyinggung, dan tidak ada kata-kata berkonotasi negatif yang dapat menjadi masalah.
Namun, bayangkan jika kalimat itu diucapkan (atau dikirimkan via aplikasi chat) oleh seorang staf berusia awal dua puluhan kepada staf senior atau staf yang sudah berusia 30 atau di atasnya (dalam konteks relasi kerja yang sifatnya formal, bukan percakapan antara rekan sekerja yang sudah akrab dan bisa bersifat santuy)!
Saya pikir, kita bisa setuju, jika kalimat itu akan menjadi lebih santun jika ditambahi kata "tolong", "terima kasih", serta kata-kata sapaan seperti Bu, Pak, Kak, Mas, Mbak, Bang, dan lain-lain sebagai pelengkap, bahkan jika pernyataan tersebut disampaikan oleh seorang atasan kepada bawahan, atau staf senior kepada yuniornya.Â
Itu hanya satu contoh. Masih ada lagi isu-isu lainnya seperti etiket mengucapkan salam/sapaan saat datang atau pulang, etiket membalas pesan/chat/email, etiket berpakaian, etiket menjaga kebersihan dan kenyamanan ruangan kerja, etiket makan bersama, dan sebagainya.
Terlepas dari relasi bawahan-atasan, senior-junior, atau muda-tua, dan tentu bukan dalam konteks relasi antar teman yang sudah akrab sifatnya, kita pastinya sepakat jika hal-hal semacam itu sudah menjadi semacam etiket tidak tertulis yang mestinya dipahami dan diterapkan oleh semua orang untuk berelasi dalam dunia kerja.
Mengapa?
Sebab, dunia kerja adalah dunia yang kita hadapi setiap hari, di mana kita harus berelasi dengan banyak orang yang memiliki latar belakang sosial, pendidikan, dan usia beragam.Â