Bulan Desember lalu, saya membaca sebuah berita bahwa bursa berjangka Amerika Serikat (AS) mulai memperdagangkan air sebagai salah satu komoditas baru.Â
Ini artinya, air akan semakin menjadi "barang/produk" mahal ke depan, dan, kelangkaan air (bersih) adalah salah satu tantangan terbesar abad ke-21. Saya percaya, sebagai manusia berhikmat, kita perlu menanggapi berita tersebut dengan kepekaan yang benar.Â
Dan, salah satu tanggapan yang tepat adalah dengan memikirkan cara agar bagaimana kita dapat menjadi bagian dari solusi akan krisis air yang sudah, sedang, dan akan semakin terjadi ke depan.Â
Jangan berpikir bahwa ini bukan urusan kita, bahwa ini urusan pemerintah, pihak-pihak terkait, atau para ahli dan pecinta lingkungan semata, sehingga kita jadi cuek dan lepas tanggung jawab, atau bahkan turut menjadi bagian dari masalah.
Ini urusan kita, sebab kita semua memerlukan air sebagai salah satu faktor terpenting dalam mendukung keberlangsungan hidup dan kelestarian setiap makhluk.Â
Dan, kita semua juga perlu berkontribusi untuk menjaga kelestarian air, sebab ini masalah yang besar, yang memerlukan peran dan kerja sama dari semua pihak.
Lalu, bagaimana caranya supaya kita bisa memulai kesadaran dan gerakan untuk mencegah krisis air sekaligus menjaga kelestarian air?
Banyak.
Pertama, gunakan air dengan bijak. Buang kebiasaan buang-buang air, termasuk hentikan kebiasaan menyalakan air terus menerus saat mencuci tangan atau saat sedang sikat gigi di wastafel. Pikir dua, tiga, bahkan empat kali untuk memiliki bathtub di rumah.Â
Dua, menanam air. Caranya? Jangan habiskan halaman kita dengan semen/bangunan, tetapi sisakan ruang untuk peresapan air. Tuhan beri kita musim hujan sebagai cara untuk menabung/menanam air ke dalam tanah, yang bisa digunakan saat musim kemarau.
Banjir yang sekarang tejadi di mana-mana salah satunya terjadi karena air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah dengan semakin padatnya lahan pemukiman di berbagai wilayah, selain juga karena pembabatan hutan dan pohon yang masif terjadi di berbagai wilayah.Â