Hari ini, saya mengikuti ibadah daring gereja melalui video streaming di YouTube. Begitu juga dengan suami dan anak yang mengikuti misa dari gereja Katedral dari siaran YouTube.Â
Dengan adanya himbauan untuk beribadah, bekerja, dan belajar di rumah, kami berusaha untuk mengikuti aturan pemerintah, termasuk dalam mengikuti ibadah minggu yang biasanya kami lakukan di gereja.
Aneh? Ya, memang sedikit aneh, dan kurang, karena ada banyak hal yang tidak bisa kami lakukan saat melakukan ibadah online ini, terutama bagi suami yang menjadi umat gereja Katolik. Dia tidak bisa menerima komuni seperti pada misa biasa yang diadakan di gereja.Â
Ada banyak keterbatasan, memang, tetapi kami menyadari bahwa situasi ini adalah yang terbaik dan menjadi bentuk lain dari pernyataan iman, untuk mengasihi dan berbela rasa dengan dunia dan masyarakat yang tengah menghadapi pandemi.
Jika dipikir-pikir, selalu ada hikmah atau berkat di balik setiap persoalan. Pandemi Covid-19 ini membuat kita semua harus menatap realitas dan bertindak dengan cara yang berbeda. Yang paling mencolok tentu saja adalah hidup sekarang berjalan secara digital, di mana kita bekerja, belajar, dan beribadah secara daring.Â
Kita semua dipaksa untuk melakukan koneksi dan beraktivitas secara daring, sesuatu yang sebelum ini masih tampak asing dan belum lazim dilakukan oleh mayoritas orang. Ini tentu menjadi satu perkembangan positif, dan seharusnya dapat melahirkan peluang-peluang baru bagi mereka yang berpikiran maju dan kreatif.
Pada sisi lain, meski beraktivitas secara daring, pandemi covid-19 ini juga membuat kita kembali ke rumah, tempat yang tampaknya justru menjadi semakin "asing" bagi kebanyakan orang belakangan ini.Â
Sekarang, kita kembali beraktivitas bersama-sama di rumah, menikmati masakan rumah, menikmati atmosfer dalam rumah, dan berkumpul dengan orang-orang rumah.Â
Hal-hal yang dulu hanya kita jalani pada saat akhir pekan atau libur panjang, kini menjadi sesuatu yang dapat kita nikmati setiap hari, meski bukan dalam suasana liburan. Mengenal anak, orangtua, saudara, bahkan diri sendiri dengan lebih baik menjadi kesempatan yang terbuka lebar bagi kita pada masa-masa ini, sesuatu yang biasanya sulit kita lakukan dalam kesibukan atau rutinitas di luar rumah. Â
Banyak dari kita juga dipaksa untuk beristirahat sebagai akibat dari wabah virus corona. Kita yang selama ini selalu dikejar deadline, pekerjaan, rutinitas, janji, rapat, pertemuan, evaluasi, tugas, dsb, dst, harus menjadi lebih memperlambat ritme kita dalam masa-masa ini. Tanpa disadari, kita sesungguhnya sedang memberi kesempatan kepada tubuh, mental, dan pikiran kita untuk beristirahat.Â
Memang tidak sepenuhnya beristirahat, tetapi paling tidak beristirahat dari ritme serba sibuk, cepat, terburu-buru, dan unconscious yang sudah menjadi kebiasaan kita setiap hari.Â