Ayah saya dulu pernah bercerita: konon, Ayahnya yang dulu bekerja sebagai pegawai negeri di Departemen Pertanian Jakarta, mendapat jatah rumah yang cukup besar di daerah Grogol. Namun, jatah rumah tersebut ditolaknya, dan ia malah memilih rumah yang lebih kecil untuk ditempati bersama keluarganya.
Mengapa eyang menolak jatah rumah itu? Alasannya adalah karena ia memiliki seorang teman yang memiliki jumlah keluarga yang lebih besar, sehingga eyang berpikir temannya itu lebih patut mendapat jatah rumah yang lebih besar dibanding dirinya.Â
Eyang merasa cukup menempati rumah yang lebih kecil karena jumlah keluarganya juga lebih kecil dibanding keluarga temannya tersebut.
Sementara dari pihak ibu, kakek saya adalah seorang anggota TNI yang ikut di dalam perang gerilya untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda. Kaki eyang tertembak oleh Belanda dalam perjuangannya itu.Â
Ketika ia telah pensiun dan seorang teman menganjurkan agar ia mengirimkan surat kepada pihak-pihak terkait untuk mendapat bintang gerilya, eyang saya menolak.Â
Ia tidak mau melakukan hal itu, karena merasa perjuangannya bukan untuk mendapat tanda bintang dan penghargaan dari pemerintah. Ia berjuang demi kemerdekaan bangsa ini, bukan untuk ambisi pribadi.Â
Ketika meninggal dan dimakamkan, teman-temannya dari pihak veteranlah yang mengajukan usul agar makamnya diberi bendera merah putih sebagai tanda bahwa ia adalah salah satu pejuang kemerdekaan. Ia sendiri tidak pernah berpesan atau mengajukan permintaan untuk hal itu. Â
Keduanya hanya sebagian kecil dari banyak penduduk di negeri ini yang punya hal-hal baik yang bisa menjadi contoh keluarga dan orang-orang yang mengenal mereka.Â
Dan, cerita saya pasti tidak hanya berhenti pada kedua orang tersebut. Masih ada lagi orang-orang yang saya kenal atau tahu, yang punya karakter dan nilai-nilai baik di tengah-tengah negara ini.
Demikian juga, kita semua pasti punya cerita tentang kakek, nenek, ayah, ibu, kerabat, teman, tetangga, pemimpin yang patut menjadi teladan dan contoh.Â
Sayang sekali jika cerita-cerita itu hanya kita anggap sebagai sejarah atau kisah lama yang hanya perlu disimpan atau diketahui sendiri. Kisah mereka sesungguhnya adalah "harta" berharga tentang aksi dan tindakan nyata untuk diketahui dan ditiru oleh anak-anak kita.