Ya.
Meski begitu, pernah ada satu pribadi yang rendah hati, dan bahkan menjadi definisi dari kerendahan itu sendiri.
Oh ya?
Siapa?
Kristus.
Dia pribadi.
Mengapa Dia disebut rendah hati?
Sebab, Dia meninggalkan semua yang dimiliki-Nya untuk menjadi sama dengan kita.
Dalam seluruh hidup dan karya-Nya,
dari awal hingga akhir,
Dia taat kepada Allah, bahkan taat sampai mati.
Dan, itu rela dilakukan-Nya,
semata karena Dia ingin memuliakan Allah.
Itulah inti kerendahan hati.
Memuliakan Allah.
Yah, Dia Pribadi yang berkuasa.
Mudah saja untuk melakukannya.
Tidak.
Itu tidak mudah.
Bayangkan, Pencipta mau taat kepada ciptaan-Nya.
Itu satu paradoks yang sulit untuk dilakukan.
Maksudmu?
Dikatakan, Kristus adalah satu-satunya manusia yang tidak pernah berbuat dosa.
Itu artinya, Dia menjalani semua hukum Taurat secara sempurna, termasuk hukum ke-5, yaitu taat dan hormat kepada ayah dan ibu-Nya.
Itulah yang dilakukan-Nya kepada Yusuf dan Maria sebagai seorang anak.
Bayangkan, dalam sejarah kita, pernah terjadi Allah taat dan hormat kepada manusia fana.
Bukankah itu sulit dipahami?
Jika Dia bukan rendah hati, Dia tidak akan melakukannya.
Benar. Luar biasa.
Tapi, masakan kita tidak bisa menjadi rendah hati?
Sulit.
Bahkan, ketika kita sudah merasa menjadi orang baik,
sesungguhnya kita sudah menjadi sombong.