Delapan detik untuk seruas jari sebuah perpindahan. Ada interaksi di sana. Sederhana. Bahkan, tak sadar sepasang netra tengah menjadi pengamat. Ibarat netizen dengan segala opini.
Jika ia biologist maka sebut saja sebuah proses interaksi antar komponen biotik tengah berperan. Apabila ia physicholik yang diperkirakan ialah kelajuan sesaat seekor semut atau besarnya gaya tegangan kaki semut untuk menahan massa badannya agar ia tetap dapat melintas di atas permukaan bidang bunga.
Ketika ia seorang matematikawan, yang menjadi acuan bisa jadi luas permukaan bidang euphorbia yang dilalui semut.
Saat ia seorang chemist, mungkin yang terpikir apa saja kandungan senyawa nektar yang dimiliki oleh si bunga berbatang duri ini?
Lalu? Bolehkah memaknai lain? Tentu. Dengan berbagai sudut pandang yang paling mudah untuk dimengerti.
Dalam menyikapi sebuah peristiwa maupun suatu gejala tertentu yang tengah terjadi masing-masing pribadi memiliki cara pandang sendiri. Satu pihak dengan pihak lainnya dapat memberikan pandangan berbeda dan beragam. Hal ini sudah menjadi kondisi wajar dan tak perlu dirisaukan.Â
Tiap pihak yang berpendapat baiknya menghargai gagasan yang tidak sejalan dengan apa yang menjadi pemikirannya. Tak selamanya hal yang kita anggap benar merupakan kebenaran hakiki yang bersifat prinsip. Akan tetapi pada praktiknya tak jarang satu pihak dengan pihak lain yang berseberangan pendapat  merasa bahwa pandangan masing-masing diri ialah paling benar.
Fenomena semacam ini telah banyak dijumpai di dunia nyata maupun dunia maya. Wajar. Lumrah. Lalu, bagaimana kita bersikap? Akankah turut andil dalam perdebatan? Ataukah memilih menyimak dengan baik? Atau justru menawarkan titik terang apabila terdapat tanda-tanda menuju proses pertikaian pendapat? Pilihan berada di tangan pribadi masing-masing.
Menyambut New Normal. Bagaimana Bersikap?
New Normal Life masih menjadi salah satu tranding topic yang tengah dibicarakan dan nampaknya akan semakin dibicarakan. Berbagai pendapat mulai dilontarkan di berbagai media sosial. Sebagian menyambut suka cita, sebagian lain mempertanyakannya. Sudah siapkah? Yakinkah Indonesia menyambut New Normal Life secepat ini? Tal beresiko-kah?
Berada di pihak yang mendukung New Normal Life sesegera mungkin maupun yang belum bersiap karena mengkhawatirkan resiko bahayanya dengan berbagai pertimbangan semuanya (keduanya) merupakan pemikiran yang pantas untuk dihargai. Pihak pendukung memiliki acuan dan pedoman dengan berbagai referensi yang meyakinkan. Sedangkan pihak yang belum mendukung pelaksanaan New Normal Life sepenuhnya pasti mempunyai pertimbangan yang tidak sembarangan.