Ngabuburit. Istilah familiar yang kerap terlontar saat bulan Ramadhan tiba. Secara sederhana saya mendefinisikan kata tersebut sebagai aktivitas yang dilakukan sembari menunggu waktu berbuka puasa. Banyak hal yang dapat dilakukan selama menanti suara adzan berkumandang dan sirine tanda waktu berbuka dibunyikan.
     Akan tetapi Ramadhan kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pembatasan aktivitas di luar rumah membuat agenda ngabuburit yang sudah dibayangkan jauh-jauh di bulan sebelumnya dan sedemikian rupa sempurnanya harus tertunda sementara. Lebih tepatnya bukan tertunda, namun tersubstitusi dengan rencana lain yang berada di luar dugaan semestinya.
Bayangan Ngabuburit VS Realita
1. Berburu ta'jil sembari mengikuti kajian menjelang berbuka.
     Hal ini merupakan agenda tahunan yang kerap saya lakukan dengan teman-teman di Ramadhan sebelum-sebelumnya. Pun untuk tahun ini saya menuliskan dalam buku agenda. Membayangkan bisa berkumpul bersama para pencari ilmu di majelis yang dilimpahi keberkahan. Terlebih saat menjadi seorang mahasiswa dan awal-awal kembali ke daerah asal. Safari dari masjid ke masjid tiap beberapa hari sekali selama bulan puasa untuk mendengarkan kajian yang disampaikan oleh para penceramah. Apalagi jika tema kajiannya menarik. Biasanya kami akan sangat bersemangat.
     Realita yang terjadi sekarang, masjid-masjid besar ditutup dan tidak mengadakan kajian menjelang berbuka. Seperti yang saya alami hari ini bersama kedua rekan kerja saat tengah berada di pusat kota daerah kami. Hendak mencari tempat singgah untuk sholat Maghrib dan sekadar menyegerakan berbuka pun tak semudah biasanya. Akhinya pom bensin menjadi pilihan terbaik untuk mampir sementara.
2. Berbagi ta'jil dengan para pengendara
     Turun ke jalan raya bersama anak-anak santri di tempat saya menjadi seorang pembelajar untuk sekadar berbagi ta'jil dengan para pengendara merupakan salah satu hal berkesan saat Ramadhan tahun lalu. Mereka begitu antusias untuk berbagi dengan pemakai jalan yang berlalu lalang. Tak hanya bersama para santri, berbagi ta'jil juga dapat kita lakukan secara pribadi maupun bersama suatu komunitas di daerah kita masing-masing. Gerakan sederhana namun sarat dengan makna. Melegakan dan menyenangkan.
     Akan tetapi kondisi tahun ini tak sama lagi.  Di tengah pandemi justru para orang tua pun khawatir untuk mengizinkan anaknya berinteraksi dengan orang lain. Takut terinfeksi virus kecil yang mewabah sejak awal tahun ini.
3. Berbagi ilmu dengan adik-adik TPQ