Ponorogo, 27 Juli 2024
Budaya literasi di Indonesia masih dibawah kata kurang dari negara lain. Kurangnya budaya literasi di Indonesia ini disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi dari diri sendiri dan lingkungan terdekat. Rata - rata permasalahan kurangnya budaya literasi antara satu dengan lain sama, namun beberapa terjadi permasalahan pada kurangnya infrastruktur yang kurang berfungsi atau bahkan ada yang masih kekurangan buku bacaan. Dari beberapa permasalahan tersebut KPM 16 Singgahan mengangkat Seminar Pojok Literasi dimana sebelum mengadakan seminar tersebut. KPM 16 memberikan fasilitas Pojok Literasi yang ditempatkan dibagian pojok kelas untuk menyimpan buku bacaan yang nantinya akan mereka baca, sehingga  dapat sedikit meringankan sekolah dalam mengkondisikan siswa. Dari pojok literasi inilah yang akan dikembangkan menjadi sarana dan prasarana siswa untuk aktif dan menumbuhkan gemar membaca, sehingga tugas selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengajak mereka untuk membiasakan membaca setelah kegiatan Doa pagi. Dari pembiasaan - pembiasaan tersebutlah yang nantinya dapat menumbuhkan rasa cinta dan gemar membaca.Â
Pada kegiatan seminar pojok literasi tersebut yang diadakan MI Ma'arif Nurul Hansan desa Singgahan, KPM 16 menyampaikan bagaimana cara gemar membaca tanpa jenuh dan membosankan. Pada seminar tersebutlah KPM 16 mengajak siswa siswi untuk mulai belajar menumbuhkan rasa kepedulian dan kegemaran akan buku dan membaca melalui cara - cara yang disampaikan oleh KPM 16.Â
Banyak dari siswa merasa bahwa semua dapat dilihat di gadget, padahal tidak semua ilmu itu dapat dilihat di gadget. Penyampaian pemahaman kepada mereka betapa pentingnya membaca sendiri sangat memberikan pengaruh baiknya terhadap diri sendiri. Bahkan dari membaca inilah yang nantinya akan membantu dan melatih untuk lebih terampil dan cakap ketika berbicara.Â
Dari seminar pojok literasi dapat dilanjutkan dengan pendampingan pembiasaan membaca dikelas setelah berdoa, yang dilakukan selama 10-15 menit waktu untuk membaca yang kemudian sisa waktu 15 menit laginya untuk mengulas dari isi bacaan yang telah dibaca dan dipahaminya. Cara ini efektif untuk diterapkan dikelas tinggi, namun bagi kelas rendah cara tersebut menjadi kurang efektif karena kurangnya fokus mereka yang belum bisa dikendalikan, sehingga ketika memegang kelas rendan KPM 16 memberikan cara yang fleksibel kepada siswa tersebut seperti tetap memberikan waktu kepada mereka untuk membaca namun mereka tidak diminta untuk mengulas melainkan mereka diminta untuk kumpul menjadi satu, duduk bersama dan mendengarkan guru becerita yang kemudian memberikan pertanyaan - pertanyaan seputar buku bacaan yang telah mereka baca.
Gemar membaca dimulai dari diri sendiri, namun dapat dibiasakan bersama lingkungan terdekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H