Magelang -- Tim Proyek MBKM Universitas Tidar melaksanakan uji coba alat pembakaran sampah (incinerator) di Dusun Sabrang, Desa Kalirejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, pada Kamis (26/12/2024). Alat ini diharapkan menjadi solusi inovatif dalam menangani permasalahan sampah yang kompleks di wilayah tersebut.
Incinerator dirancang untuk mengurangi sampah yang sulit terurai, seperti plastik, popok, styrofoam, dan jenis sampah residu lainnya, dengan metode pembakaran yang ramah lingkungan. Kepala Desa Kalirejo, Agus Prasetya, mengungkapkan bahwa sampah menjadi isu serius di Dusun Sabrang, terutama karena kebiasaan warga yang membuang sampah sembarangan, termasuk popok yang sering ditemukan di aliran sungai.
"Permasalahan ini diperparah dengan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pemilahan sampah. Sebagian besar warga hanya memilah sampah yang bernilai ekonomi untuk dijual, sementara sisanya dibiarkan begitu saja," ujar Mahfud, Sekretaris Desa Kalirejo.
Sebagai langkah awal, tim Proyek MBKM Universitas Tidar menyelenggarakan penyuluhan pemilahan sampah pada Minggu (1/12/2024) dengan menghadirkan pemateri dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Penyuluhan ini bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara memilah sampah organik dan anorganik, serta dampak negatif dari penumpukan sampah.
"Sampah dapat dibedakan menjadi organik dan anorganik. Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pakan maggot, biogas, atau pupuk kompos. Sementara itu, sampah anorganik dapat dikelola melalui bank sampah, daur ulang dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), dan residu diolah menggunakan incinerator," ujar Riyani, pemateri dari DLH.
Selain menjadi masalah lingkungan, tumpukan sampah juga dapat menyebabkan berbagai bencana, seperti banjir dan tanah longsor, serta memperparah efek rumah kaca. Namun, sampah yang dikelola dengan baik dapat memberikan manfaat ekonomi, misalnya melalui pembuatan kerajinan dari material daur ulang.
"Pendirian bank sampah berbasis 3R, komunitas budidaya maggot, serta tempat daur ulang sampah adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan. Monitoring dan evaluasi juga penting untuk memastikan keberlanjutan pengelolaan sampah," tambah Riyani.
Irma, salah satu anggota tim MBKM Universitas Tidar, menjelaskan bahwa incinerator ini hanya akan digunakan untuk sampah residu setelah proses pemilahan. "Dengan pemilahan sampah, proses pembakaran menjadi lebih efisien. Hasil akhirnya berupa abu dapat diolah kembali menjadi bahan seperti paving dan bata ramah lingkungan," ujarnya.
Incinerator yang diuji coba dirancang dengan teknologi ramah lingkungan. Alat ini memiliki ruang pembakaran berbahan plat setebal 1,5 mm, serta dilengkapi ruang rendemen dan alat pengukur suhu thermocouple untuk mengontrol pembakaran. Alat ini mampu mengurangi volume sampah hingga 80 persen.