Menjadi mahasiswa tentulah dialami oleh banyak orang setelah lulus dari bangku SMA. Tuntutan menjadi mahasiswa tentu saja tidak sama dengan tuntutan siswa SMA. Selain tuntutan yang tidak akan sama, lingkuangan social dalam kampus pun tidak akan sama pula dengan lingkungan SMA.
Dalam bangku perkuliahan, mahasiswa akan dituntut melakukan tugas yang lebih berat, mempelajari materi baru yang membutuhkan focus, serta persiapan kuis atau ujian yang seringkali membuat kepikiran. Lingkungan social pun akan berbeda dari bangku SMA. Di dalam bangku perkuliahan, mahasiswa terdiri dari berbagai daerah dan terdiri dari berbagai latar belakang. Tentu hal itu akan sangat menyenangkan jika kita bertemu dengan seseorang baru dari latar belakang yang berbeda. Itu akan menjadi nilai plus untuk diri kita.
Tuntutan menjadi seorang mahasiswa akan sangat menyenangkan jika diimbangi dengan lingkuang social kampus yang positif tetapi sepertinya hal itu jarang sekali terjadi. Tuntutan yang berat seakan -- akan berkata press your limit membuat mahasiswa rentan depresi dan stress lalu ditambah dengan lingkungan social yang buruk seperti sikap tak acuh antar mahasiswa, mementingkan ambisi yang besar seakan -- akan ambisi itu bisa saja membunuh setiap saat yang ia inginkan,, persaingan yang ketat dan dapat menjatuhkan nilai mahasiswa. Hal -- hal tersebut sudah cukup memelebihi beban seorang mahasiswa.
Lingkungan yang buruk dan tuntutan yang berat akan berpengaruh pada diri kita. Rasa percaya diri yang seakan -- akan terkikis karena lingkungan kita yang ambisius sehingga dipenuhi dengan mahasiswa -- mahasiswa yang terkesan pintar dan cerdas. Calm down, itu masih sebagian kecil dari faktor negative lingkungan social kampus lho.
Apakah pembaca di sini ada yang merasa seperti "gue dulu waktu SMA asyik banget sama temen -- teme gue. Ngerjain tugas bareng, hangout sana -- sini, saling bantu contek -- mencontek waktu ujian sekolah. Gue dulu juga bukan anak introvert kayak sekarang. Kenapa sekarang jadi seintrovert ini?" adakah yang merasa seperti itu? Bila ada berarti anda tidak sendirian.
Menjadi introvert saat di bangku perkuliahan merupakan beban untuk banyak orang termasuk saya. Tidak menjadi seeasy going dulu menimbulkan suatu kecemasan. Untuk mengatasi hal tersebut, tentu kita membutuhkan seseorang yang ahli dalam masalah kesehatan mental.
Di sinilah terjawab, mengapa fasilitas seperti psikolog dibutuhkan di setiap kampus. Dari pembahasan diatas, sudah terurai bahwa dunia perkuliahan rawan terhadap depresi, kecemasan, dan kesehatan mental. Dari yang terkesan tidak membahayakan sampai pada titik yang sangat membahayakan dan efeknya tidak main -- main. Seperti misalnya frustasi hingga bunuh diri yang dapat mengancam kesehatan mental. Terdapat penelitian yang dilakukan pada mahasiswa di Amerika Serikat bahwa 80 persen mahasiswa menyatakan sering stress dan 13 persen lainnya didiagnosis mengalami penyakit mental seperti gangguan kecemasan dan depresi.
Peran psikologi akan membantu setiap mahasiswa yang berada di kampus untuk membantu meringankan beban mereka. Dengan konsultasi dan apabila perlu dilakukan terapi maka hal tersebut akan sangat berguna untuk kehidupan mahasiswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H