Malam itu sekitar habis Maghrib saya dan kawan berkunjung ke rumah Pak Sarudin di pojok kawasan perkampungan Pondok Rangon, dengan maksud meminta bantuan pertolongan agar jenasah papa saya yang meninggal siang tadi dapat dimakamkan besok tanpa hambatan. hari itu satu hari menjelang hari terakhir umat muslim melaksanakan ibadah puasa. Dipastikan banyak tenaga penggali kubur sudah pulang kampung dan kantor administrasi pemakaman yang tutup dikarenakan staff nya banyak yg sudah mulai libur hari Raya. Sambil memeluk erat Pak sarudin saya berbisik agar saya dibantu. Beliau mengatakan ada surat atau tidak, jenasah papa dapat dikuburkan besok tanpa hambatan. Pak sarudin salah satu dari sekian orang pegawai staf tpu Pondok Rangon yang saya kenal.
Keesokan paginya tepat pukul 11 Pagi pada 7 Agustus 2013 Jenasah papa dimakamkan, prosesi acara pemakaman pun berjalan sangat baik sekali. Beberapa hari kemudian dengan bantuan Pak Sarudin pula, makam papa sudah dilengkapi dengan nisan yang baik dan rumput yang subur tanpa saya dan keluarga mengeluarkan uang.
Saya sangat berkesan dengan aksi pedulinya. Sejak saat itu bagi saya Pak Sarudin seperti perwujudan papa saya yang saya kasihi. Pernah dalam suatu kesempatan berkunjung ke rumahnya, Pak Sarudin memperkenalkan saya sebagai anak kepada rekannya. Sungguh suatu hal yang menyentuh. Banyak perjumpaan dan perpisahan antara kami selalu diakhiri dengan pelukan erat. Sangat syahdu sekali.
Sudah dua bulan ini Pak Sarudin mengalami sakit sesak nafas. Tidur larut malam. Selalu berbaring dikasur dengan posisi miring meringkuk udang. Kalau badan diluruskan sesak nafasnya. Beberapa kali bepergian ke pengobatan alternatif mencari kesembuhan tetapi kesembuhan tak kunjung datang. Hari selasa kemarin Pak Sarudin akhirnya masuk rumah sakit. Rs POLRI Soekanto - Kramat Jati. Dari jam sebelas siang sampai saya dengar beritanya jam Sembilan malam belum mendapat kamar, alias masih di UGD. Saya belum sempat menjenguk.
Hari ini Rabu, 15 Oktober 2014 Kurang lebih jam dua siang tadi saya mendapat kabar duka. Pak sarudin tutup usia. Tiba dirumah duka tanpa melepas jaket dan tas selempang saya langsung masuk bilik kain tertutup tempat jenasah Pak Sarudin di mandikan. Kedua belah tangan ini bergantian membasuh wajah dan membelai lembut rambutnya. Mata saya berkaca kaca.
Lebih dari  tiga ratusan orang dengan berbagai tingkatan umur dan strata sosial mengantar jenasah Pak Sarudin ke Tpu Pondok Rangon. Pak sarudin semasa hidupnya banyak berbuat kebaikan, banyak orang yang kehilangan sosok beliau. Selepas adzan isya jenasah Pak Sarudin dikuburkan. Semua bahasa tubuh, tutur kata dan canda tawa beliau satu persatu muncul dihadapan saya. Saya merasa kehilangan baik sebagai kawan, sahabat dan orang tua. Mata saya berkaca kaca kembali.
Saya tak sanggup menghitung kebaikan yang sudah diberikan beliau kepada saya. Terlalu banyak kebaikan, kiranya hanya Tuhan semata yang membalasnya. Semoga arwah beliau diterima disisi Allah SWT. Amin YRA.
SELAMAT JALAN PAK SARUDIN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H