Mohon tunggu...
Oktaviani Sea
Oktaviani Sea Mohon Tunggu... -

Sang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Diary Talita II

6 Desember 2012   02:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:07 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Diary Talita Diary Talita untuk Tuhan

2 Januari 2010 >>

Tuhanku Allah, yang tiada sekutu bagiMu, yang tiada Illah yang berhak di sembah selain Engkau, yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang... Setelah kurang lebih satu setengah tahun lalu aku di wisuda dan menyandang gelar ahli madya, saat itu aku bingung kapan aku kerja dan dimana. Dan ketika sekarang kurang lebih delapan bulan lalu aku di terima kerja sebagai guru di sekolah pendidikan usia dini yang sebelumnya nyambi usaha kecil-kecilan, aku pikir aku takkan mengalami lagi yang namanya kebingungan. Tapi ternyata kebingungan itu semakin besar dan berat bagiku untuk melaluinya.

6 Januari 2010

Ya Allah, hari ini abah menanyakannya lagi:(

20 Januari 2010

Hari ini bukan hanya abah dan umi yang menanyakannya lagi. Tapi, tetangga pun mulai bertanya menggoda. Aku bingung ya Rabb...

4 Februari 2010

Hmm, kali ini aku jarang menulisimu wahai diaryku.. Setiap hari aku harus pulang sore, sepulangnya aku sudah lelah, inginnya istirahat saja. Hmm, andai bisa. Tapi, lagi-lagi umi dan abah menanyakan hal yang sama. Lagi-lagi aku hanya bisa diam. Batinku semakin tertekan, dihari-hariku selalu ada pertanyaan itu. Hufht.. Ya Allah, bantu aku.

5 Februari 2010

Tuhan, apa aku salah jika aku jatuh cinta?... Sebentar yah, tuh ada suara umi, sudah saatnya makan malam. Nanti aku akan menulisimu lagi. Daaah,

17 Maret 2010

Ternyata umi dan abah mengambil cara nekad. Tadi siang, aku di kenalkan dengan putra rekan abah. Namanya Rifan. Lagi S2. Orang psikolog.

30 Maret 2010

Aku mencintainya. Di buku karya penulis yang melahirkan karya-karya best sellernya, aku menemukan sebuah kalimat yang membuatku kadang mau menerima takdirku. "Tidak harus kau! Hanya saja aku malu jika aku datang pada Allah dengan keadaan belum menikah". Rasanya aku ingin seperti yang tertulis disitu, tapi mengapa sulit. Aku masih mengharapkannya. Mengharapkan sosok yang saat kuliah dulu tergambar jelas dalam kanvas impianku yang akan menjemputku sebagai bidadari, bidadari yang amat beruntung. Namun, dimana dia sekarang? Apakah aku akan terus menunggunya?

8 April 2010

Rifan datang dengan keluarganya membawa niat mulia. Aku menolak. Bingung. Abah marah. Sedangkan umi tak bisa membelaku. Aku tersudut.

31 April 2010

Guru-guru di kantor mulai menggodaku dengan sedikit sindiran. Huft! Capek deh.. Padahal aku kan masih muda. Dua puluh tiga tahun. Tapi ya,, ah sudahlah.

7 Mei 2010

Hari ini, murabbiah yang menawarkan untuk mencarikan. Spontan aku menjawab, "jangan mbak..". Maaf, nggak sengaja.

9 Mei 2010

Ya Allah, Dzat yang Maha Pembolak-balik hati manusia. Aku bingung, apakah tindakanku untuk menunggunya sampai dia datang itu benar? Padahal itu semua belum tentu. Apa aku terlalu memaksakan diri? Astaghfirullah...

17 Mei 2010

Rina temanku satu kamar di kos dulu datang kerumah dari Semarang, ia menginap. Dia sudah mau menikah, lha dia kesini juga bawa undangan. Tuh diatas meja, warnanya hijau. Aku iri sekaligus malu. "Ta, udah deh.. Lagian kamu gak tau kan dia bakal datang atau gak? Itu namanya kamu menutup kemungkinan orang-orang yang bakal datang dengan niat mulianya. Rifan yang gagah, sudah mapan, mau S2 lagi. Eh malah di tolak. Mau yang seperti apa? Okelah kalo maunya si dia di masa kuliah.. Iya kalo dia datang, kalo gak gimana?". Rina membuat wajahku memerah. Inikah yang di sebut cinta yang konyol? Menunggu sesuatu yang tak pasti.

2 Juli 2010

Ya Allah, tadi siang abah marah lagi. Mungkin gemes padaku. Kata beliau, aku sudah matang. Apalagi anak pertama. Perempuan lagi. Nunggu apa lagi? Sudah tiga orang yang abah coba kenalkan denganku, tapi aku tetap mengatakan tidak. Sekali tidak tetap tidak. Sedangkan umi menambahkan, kalau Ifa adikku kini hampir semester 5 di D3. Berarti satu semester lagi lulus. Dan setelahnya??? Umi... Andai kau tau aku tengah menunggu seseorang. Cinta membuatku berbuat konyol.

9 September 2010

Subhanallah, sore tadi ketika pulang dari kantor hujan turun. Aku segera menepi di sebuah mini market, kebetulan lewat sekalian belanja kebutuhan. Ketika aku tengah memilih buah-buahan yang tak jauh letaknya dari kasir, aku melihat seseorang. Seseorang yang tak lagi asing bagiku. Ya. Dia. Dia yang aku tunggu dalam penantianku selama ini. Setelah membayar ia langsung pergi dengan jas hujan dan motor yang dulu ia gunakan waktu semester akhir. Sayang, ia tak melihatku. Meskipun begitu, aku bahagia, hatiku berbunga-bunga.

11 September 2010

Ya Rabb, apa ini tanda bahwa ia sudah dekat?

15 September 2010

Ya Rabbi, jika ia jodohku maka dekatkanlah, pautkan hatiku kepadanya, dan hatinya kepadaku. Namun, jika bukan ia yang jadi jodohku maka jauhkan sejauh-jauhnya, putuskan tautan hatiku padanya. Berikan kami yang terbaik. Aamiin.

10 Oktober 2010

Tanggal, bulan dan tahunnya so sweet..

Astaghfirullah.. Astaghfirullah.. Astaghfirullahaladzim.. Entahlah, bagaimana bisa aku datang dengan sangat percaya diri pada pesta pernikahannya. Tentu Engkau tau ya Allah bagaimana perasaanku. Lalu bagaimana caraku menyatukan kepingan-kepingan remukan hatiku yang siang tadi pukul 10.00wib melihatnya bersanding dengan wanita cantik nun anggun dan pasti shalehah, dan itu bukan aku! Bukan aku! Aku melihat pancaran bahagia tiada tara dari raut wajahnya yang tampan ketika mencium kening wanita beruntung itu yang sekarang menjadi yang halal baginya. Aku hampir pingsan mempertahankan hati yang remuk ini. Airmataku jatuh di tengah orang-orang yang menangis bahagia karena terharu, sementara aku bukan menangis karena terharu, melainkan karena kecewa. Aku ingin marah. Dan aku ingin semua orang tau, bahwa hatiku kecewa... Hatiku hancur entah berapa puluh atau bahkan ratusan keping. Airmataku terus mengalir deras hingga membasahimu diaryku..

16 Oktober 2010

Talita, sabar yah.. Tidak harus dia! Jodoh itu urusan Allah...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun