Mohon tunggu...
Oktaviani Sea
Oktaviani Sea Mohon Tunggu... -

Sang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Yah, Aku Sudah 19th

12 November 2011   21:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:44 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yah, Aku Sudah 19th

seperti apa masa kecil ayahku nek?

"laki-laki tinggi dan putih itu, ketika kecil begitu penurut. Dulu aku pernah mengajaknya bersepeda ke kecamatan sebelah, minta beras pada kakakku, saat itu kami benar-benar tidak punya bahan untuk makan sehari-hari. Pulangnya, tiba-tiba hujan deras, aku hampir membuatnya mati di tikungan jalan. Aku benar-benar tak melihat didepanku ada truk, masya Allah..untung ia selamat. Pada waktu SUPM, kakekmu membuatkan warung kecil untuknya di pinggir pom bensin. Rajin, rajin sekali dia. Pagi sekolah, siang sampai malam dagang. Pijitannya masih terasa hingga saat ini, tangan empuknya, dan kau satu-satunya anaknya, yang juga mewarisi hal itu. Selalu mengalah pada adik-adiknya. Dia sayang padaku, luar biasa sayangnya. Menjadi anak pertama, saat telah bekerja, ia berani menyanggupi membiayai sekolah adiknya. Bangga sekali punya anak sepertinya, mau diajak susah." jelas nenek.

bagaimana sayangnya ayahku padamu bu lik?

"ia yang membiayai sekolahku. Banting tulang sebagai karyawan kecil di PT dan petani bunga melati yang hanya punya sepetak tanah. Aku sangat menyayanginya." begitu papar bu lik.

seperti apa cinta ayahku terhadapmu bu?

"tak kurang cintanya. Beliau yang dulu membiayai uang bulanan sekolah ibu, hingga jadi seperti ini. Setia, sabar, sayang diamnya kadang menyimpan tanya. Diamnya diam sesuatu."

"Sekarang ibu bertanya padamu, seperti apa sosok pria yang selalu kau tanyakan itu di matamu?" tanya ibu membuatku melotot dan melongo kaget.

"Tampan. Baik, sabar, suka menyendiri. Kau tau bu? Dulu aku pernah ke pasar bersama ayah, becek-becekan, belanja, oh... Juga tidak sombong. Dan suka memberi. Ayah itu sebenarnya dermawan atau boros sih bu?"
Ibu tergelitik. Dasar, pertanyaan anak SD memang kadang menggelitik.

....2 Oktober 2011
Ayah, aku sudah 19 tahun lebih 1 hari.. Dan sudah hampir 10 tahun kau tak temani aku di hari jadiku.
Rabu, 9 Mei 10 tahun yang lalu jalanan telah merenggut nyawamu. Merenggut nyawa seorang ayah dari satu orang putri. Kau tau, apa yang mereka katakan dulu saat kau tengah tidur tenang di sisi Nya? Mereka bilang; "ada fotomu di dompet yang berlumur darah itu..."
Lemas diri ini mendengarnya. Cintamu masih sangat terasa disini, disini ayah, di dalam hati ini!Tak pernah kau lelah memberikan keringatmu untuk kehidupanku dan ibu. Kau amat pendiam, tak pernah sedikitpun mengeluhkan keadaanmu.
Kenapa malam itu harus terjadi?
Kenapa rumah kita ramai?
Kenapa tanah itu harus menutupimu tanpa membawa bekal apapun kecuali amal?
Kenapa aku harus seketika berhenti dari mencium aroma tubuhmu yang khas?
Kenapa aku harus seketika berhenti mencium tanganmu?
Kenapa aku tak lagi boleh duduk manja di pangkuanmu?
Kenapa aku tak lagi boleh di sisir rambutku olehmu?
Kenapa aku tak lagi dapat tidur di sampingmu sembari di belai rambutku?
Kenapa aku tak lagi dapat melihat senyum manis dan tampannya wajahmu ayah?
Kenapa aku harus tanpa kau?
Kenapa aku tak diijinkan memintamu sebagai wali ku nanti?
Ya Allah, maafkan aku telah berteriak kencang. Maafkan hamba...

Ayah, aku sudah besar lho Yah. Tapi tetap saja cengeng. Tapi aku tidak pernah bolos kok Yah.. Dulu saat SD aku bolos sekolah, dan kau marah sejadi-jadinya, seragamku hampir kau bakar hanya karena aku bolos sehari saja. Aku takut, aku takkan mengulanginya lagi, janji Yah!
Yah, sekarang aku suka menulis. Pagi hingga siang tadi aku belajar di sebuah komunitas kepenulisan. Hari ini memang hari pertama aku mengikutinya. Semangat untuk melahirkan karya-karya dari torehan sederhana jari-jari yang dulu kau potongi kukunya dengan amat sabar ini semakin kuat, mantap. Akan ku dobrak pintunya! Kemudian lari ke alam luas, pasti akan ku temui jutaan inspirasi. Doakan aku ayah..
Dan, menulis tentangmu, tak jarang menguras airmataku..
Airmata rindu, cinta, dan sayangku terhadapmu.. Oya, dulu kau pernah janji mengajakku ke Cacaban, katamu disana indah..
Aku sudah kesana Yah, dengan ibu. Tapi tak ku jumpai keindahan itu kok Yah, mungkin karena tanpa kau. Kau pergi sebelum mengajakku kesana... Ku harap Tuhan tidak mempermasalahkan janji yang tak terlaksana itu..

Aku
Mencintaimu
Ayah...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun