Mohon tunggu...
Oktaviani Rizki Handayani
Oktaviani Rizki Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, program studi Jurnalistik.

Oktaviani adalah mahasisiwi semester 3 pada program studi Jurnalistik di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Memiliki minat serta bakat pada bidang tulis menulis. Kalian bisa mengenalnya lebih lanjut di akun instagramnya @oktavnrh atau @antalogikotak. Selain itu, kalian juga bisa berkenalan dengan tulisan-tulisan lainnya di https://viarihanibersuara.medium.com/ .

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Tumpukan Sampah dan Impian: Kisah Perjuangan Ayah yang Tak Kenal Lelah

19 Januari 2025   19:53 Diperbarui: 19 Januari 2025   19:53 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suber Foto: Dokumentasi pribadi

Di balik tumpukan sampah, di tengah bau yang menusuk dan debu yang tak pernah berhenti menyelimuti, ada kisah yang jarang terlihat oleh banyak orang. Kisah tentang seorang lelaki yang meski tidak memiliki harta benda, tetapi ia memiliki segalanya dalam bentuk cinta dan pengorbanan. Setiap hari, dia berjalan melewati tumpukan sampah, mencari barang-barang yang bisa dijual, dan berharap bahwa setiap tetes keringat yang jatuh tidak akan sia-sia. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk masa depan yang lebih baik bagi mereka yang ia cintai---anak-anaknya.

Pada usia 50 tahun, ketika seharusnya menikmati masa tua dengan tenang, pria ini memilih untuk tetap melanjutkan pekerjaannya yang penuh tantangan sebagai pemulung di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan. Pendapatannya tak lebih dari satu juta rupiah per bulan, tetapi dari hasil keringatnya yang tak pernah berhenti, Pak Ben berhasil menyekolahkan kedua anaknya hingga meraih gelar sarjana. Bagi pria ini, kehidupan yang keras adalah harga yang harus dibayar demi melihat anak-anaknya menggapai impian mereka.

Sejak masih remaja, lelaki ini sudah terbiasa dengan kesulitan. Tanpa pendidikan yang memadai, ia tak punya banyak pilihan selain bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, semangatnya untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya tak pernah pudar. 

"Dulu, saya tidak punya pendidikan yang cukup, tapi saya selalu bertekad agar anak-anak saya bisa mendapatkan yang lebih baik," katanya dengan penuh keyakinan. 

Meskipun kondisi ekonomi keluarganya sangat terbatas, ia tak pernah merasa lelah untuk berjuang demi pendidikan anak-anaknya. Ratna dan Dimas, kedua anaknya, kini telah menyandang gelar sarjana. Hal itu membuat Pak Ben merasa sangat bangga dan puas, meski ia tahu, setiap hari yang ia jalani tak pernah mudah. Dari tangan yang penuh dengan kotoran dan peluh yang selalu mengalir, Pak Ben mampu memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, membiayai pendidikan mereka hingga perguruan tinggi. 

"Mereka berdua sekarang sudah menjadi sarjana, itu sudah cukup bagi saya," ujarnya, matanya berbinar penuh kebanggaan.

Kini, meskipun usia terus bertambah dan tubuhnya semakin lelah, Pak Ben tak pernah berhenti. Setiap hari, ia masih terus menapaki jalan yang penuh dengan tantangan. Sebab bagi Pak Ben, setiap tumpukan sampah yang ia susuri adalah bukti pengorbanan yang tak ternilai harganya dan dibalik semua itu ada harapan besar bagi masa depan keluarga kecilnya.

Tak jarang, orang-orang di sekitarnya bertanya mengapa ia tak memilih pekerjaan lain yang lebih mudah dan memberikan penghasilan lebih tinggi. Namun bagi Pak Ben, pekerjaan apapun yang dijalani dengan penuh dedikasi memiliki harga diri dan martabatnya sendiri. Meskipun setiap hari berhadapan dengan bau tak sedap dan kondisi yang sangat tidak nyaman, ia tetap bersyukur atas setiap detik yang ia jalani. Baginya, hidup adalah tentang ketekunan, kesabaran, dan pengorbanan. 

"Setiap hari adalah kesempatan untuk belajar lebih banyak," ujarnya, seraya tersenyum.

Dalam teduh senyumnya bagi Pak Ben kebahagiaan sejati bukan terletak pada materi, tetapi pada kebanggaan melihat anak-anaknya tumbuh menjadi individu yang sukses. Dalam setiap langkahnya, ia selalu berusaha menjadi teladan bagi Ratna dan Dimas, agar mereka dapat terus berjuang dan meraih impian mereka. "Walaupun hidup tidak selalu mudah, saya ingin anak-anak saya tahu bahwa untuk meraih sesuatu, kita harus berjuang," kata Pak Ben dengan penuh tekad.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun