Mohon tunggu...
Oktaviani Rizki Handayani
Oktaviani Rizki Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, program studi Jurnalistik.

Oktaviani adalah mahasisiwi semester 3 pada program studi Jurnalistik di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Memiliki minat serta bakat pada bidang tulis menulis. Kalian bisa mengenalnya lebih lanjut di akun instagramnya @oktavnrh atau @antalogikotak. Selain itu, kalian juga bisa berkenalan dengan tulisan-tulisan lainnya di https://viarihanibersuara.medium.com/ .

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Iman : Kuat dan Lemahnya Kita yang Tentukan

24 September 2023   11:12 Diperbarui: 24 September 2023   13:13 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : Pexels

Iman adalah sesuatu yang ada pada diri tiap-tiap individu, sesuatu yang diyakini, dipegang teguh dan juga diupayakan keberadaanya. Oleh karena itu, kuat atau lemahnya iman bergantung pada kuat dan lemahnya usaha yang kita upayakan.
Iman secara bahasa dapat kita pahami sebagai percaya atau meyakini, yakni kepercayaan serta keyakinan yang berkenaan dengan agama. Dalam Al-Qur'an dan juga bahasa Arab pengertian iman menggunakan "bi" yang memiliki arti "telah beriman atau percaya kepada". Pengertian iman dalam Al-Qur'an selain "percaya kepada" juga diartikan sebagai "merasa aman". Dari sini bisa dihubungkan bahwa ketika kita percaya kepada apa yang kita yakini (Tuhan), kemudian kita juga mengimani-Nya (kebesarannya, kekuasaanya dan kehadirannya) maka hal tersebut akan menciptakan perasaan aman. Sebaliknya, melalui pengertian tersebut juga bisa didapatkan bahwa ketika kita tidak mempercayai Tuhan maka tidak akan ada pula perasaan aman karena tidak ada yang kita percayai serta kita imani.

Menurut Fazlur Rahman iman adalah fi'il hati. Maksudnya adalah kepercayaan atau penyerahan diri seseorang kepada Tuhan terhadap perintah-Nya atau risalah-Nya. Kemudian, dari penyerahan diri tersebut akan diperoleh keamanan, perasaan damai dan perlindungan dari gangguan. Dalam pemahaman Fazlur Rahman terkait iman, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, iman adalah hal yang berbeda dengan pengetahuan intelektual atau pengetahuan rasional. Namun, menurut Fazlur meskipun iman dan ilmu pengetahuan adalah dua hal yang berbeda, sejatinya iman tetap membutuhkan ilmu pengetahuan guna memperkaya pengetahuan kita terkait keimanan sehingga bisa membantu untuk menguatkan keimanan. Kedua, iman atau keimanan adalah sesuatu yang berkaitan dengan hati nurani serta pikiran yang berakhir dengan tindakan. Di dalam Al-Qur'an menjelaskan mengenai hal ini, dimana iman pasti selalu bergandengan dengan amal sholeh (tindakan), sehingga apabila keimanan tidak diikuti oleh amal sholeh (tindakan) maka itu telah melenceng dari Al-Qur'an.

Berbicara mengenai iman dan keimanan dalam perkuliahan Akhlak Tasawuf pada tanggal 18 September 2023 lalu bersama Bapak Asep Usman Ismail beliau menjelaskan beberapa point terkait iman. Pertama, mengenai apa saja yang dapat menguatkan dan melemahkan iman. Kedua, hal yang dapat mengembangkan iman.

Seperti yang disebutkan di awal, bahwasannya iman adalah sesuatu yang diyakini, dipegang teguh dan juga diupayakan keberadaannya. Maka dari itu, dalam perkuliahan kemarin, Prof Asep menjelaskan hal-hal apa saja yang dapat menguatkan juga melemahkan keimanan seorang hamba. Prof Asep menjelaskan dan menegaskan bahwasannya ilmu adalah salah satu hal yang dapat menguatkan keimanan seseorang. Keilmuan seperti apa yang dimaksud? yakni ilmu yang tentunya tidak bertentangan dengan tauhid, seperti ilmu Agama yang tertuang dalam Al-Qur'an dan juga hadist dan juga ilmu-ilmu lainnya. Lantas, bagaimana bisa keilmuan memiliki korelasi dengan meningkatkan keimanan seseorang? Ilmu adalah sesuatu yang diperoleh melalui mata dan telinga atau sesuatu yang bisa dirasakan oleh panca indra. Namun, pada akhirnya apa yang diperoleh tersebut harus bisa sampai ke hati sehingga dapat menghidupkan keimanan manusia melalui kebesaran-kebesaran Allah yang dipelajari dalam ilmu pengetahuan tersebut.

Itulah sebabnya dalam Al-Qur'an ada tiga macam ilmu pengetahuan untuk manusia. Pertama, ilmu pengetahuan mengenai alam yang telah diciptakan oleh Allah. Kedua, ilmu pengetahuan geografi yang akan semakin membantu manusia untuk melihat kebesaran Allah melalui terciptanya alam semesta beserta seisinya. Ketiga, ilmu pengetahuan tentang dirinya sendiri. Hal ini selanjutnya memiliki keterkaitan terhadap hal apa yang dapat melemahkan keimanan, yakni kebodohan atau dalam arti lain kurangnya pengetahuan seseorang. Ilmu pengetahuan yang kurang akan menutup pengetahuan kita terkait kebesaran-kebesaran Allah dan ketidaktahuan kita terhadap Allah akan melemahkan keimanan yang ada pada diri kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu haus akan ilmu pengetahuan, haus untuk selalu belajar banyak hal untuk terus mencari tahu kebesaran-kebesaran Allah lainnya yang ada pada setiap ilmu pengetahuan yang kita pelajari. Dalam Islam sendiri pun menuntut ilmu adalah salah satu bentuk ibadah sehingga tidak ada ruginya untuk terus menuntut ilmu, mencari ilmu dan juga mempelajarinya.

Terakhir, dalam perkuliahan tersebut Prof Asep juga menyampaikan hal apa yang dapat membantu mengembangkan keimanan seseorang, yakni amal sholeh. Amal sholeh yang kita lakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah serta Rasul-Nya, amal sholeh yang melahirkan kebaikan bukan hanya untuk diri kita, tetapi juga untuk orang lain serta amal sholeh yang bisa menciptakan perdamaian akan membantu mengembangkan keimanan kita. Oleh karena itu, sama pentingnya dengan menuntut ilmu, penting juga bagi kita untuk senantiasa beramal sholeh. Agar pengetahuan yang kita miliki, kita pelajari dan kita amali bisa bahu membahu untuk menguatkan serta mengembangkan keimanan kita bersama dengan amal sholeh yang kita kerjakan.

Artikel ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah akhlak tasawuf yang diampu oleh Profesor Asep Usman Ismail. Semoga artikel ini bisa memenuhi tugas tersebut dan juga semoga melalui artikel ini ada hal-hal baik yang bisa dipetik serta dipelajari oleh siapapun yang membaca artikel ini.
Penulis : Oktaviani Rizki Handayani

NIM : 11220511000067

3B Jurnalistik


Sumber :
Rahman, Fazlur. (1995). Membuka Pintu Ijtihad. (Anas Mahyudin, Terjemahan). Bandung : Pustaka
Rahman, Fazlur. (1989). Metode dan Alternatif Neomodernisme Islam. (Taufik Adnan Amal, Terjemahan). Bandung : Mizan
Farah, Nailah. & Fitriya, Intan. (2019). Konsep Iman, Oslam dan Taqwa Analisis Hermeneutika Dithley terhadap Pemikiran Fazlur Rahman. Jurnal Ilmu Studi Ushuluddin dan Filsafat, 14(2), 216-218
Kajian Tafsir Maudhui oleh Ali Masrur Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan STFI Sadra.
Perkuliahan bersama Profesor Asep Usman Ismail dalam mata kuliah akhlak tasawuf.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun