Kaoru Ishikawa merupakan sosok terkenal karena alat kualitasnya yang dinamai diagram Ishikawa, juga dikenal sebagai tulang ikan atau diagram sebab dan akibat. Sebagai salah satu dari tujuh alat kualitas dasar, diagram tersebut mengidentifikasi banyak kemungkinan penyebab efek atau masalah dan dapat digunakan untuk menyusun sesi brainstorming. Manfaat brainstorming sendiri dapat meningkatkan kreatifitas dan menjadikan lebih produktif (Budiarti & Pambudi, 2022). Namun Ishikawa telah mencapai lebih dari sekedar mengembangkan konsep diagram tulang ikan.
Beliau lulus dari Universitas Tokyo dengan gelar teknik di bidang kimia terapan dan kemudian kembali mengajar sebagai profesor rekanan. Ishikawa menulis 647 artikel dan 31 buku, termasuk dua yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yaitu Pengantar Quality Control. Ishikawa bergabung dengan kelompok riset lingkaran kualitas di persatuan ilmuwan dan insinyur Jepang pada tahun 1949, dan mengembangkan serta menyampaikan kursus kontrol kualitas dasar pertama kelompok tersebut. Beliau memulai usahanya untuk kontrol kualitas. Ishikawa adalah perintis kualitas utama di Jepang dan sebagian besar bertanggung jawab untuk menerjemahkan pelajaran awal W. Edwards Deming dan Joseph M. Juran ke dalam pendekatan peningkatan kualitas yang ditujukan khusus untuk orang Jepang.Â
Prestasi terbesar Kaoru Ishikawa adalah dalam penyebaran dan pengembangan quality control. Ishikawa menyatakan, "Saya yakin perdamaian dan kemakmuran dunia perlu kontrol kualitas. Inilah mengapa kontrol kualitas harus dilakukan, diajarkan dan menyebar ke seluruh dunia". Quality control Jepang adalah revolusi pemikiran dalam manajemen. Ini adalah pendekatan yang mewakili cara berpikir baru tentang manajemen.
Ishikawa mendefinisikan quality control sebagai berikut: "quality control adalah untuk mengembangkan, merancang, memproduksi dan melayani produk berkualitas yang paling ekonomis, paling berguna, dan selalu memuaskan bagi konsumen". Untuk mencapai tujuan ini, setiap orang di perusahaan harus berpartisipasi dan mempromosikan kontrol kualitas, termasuk eksekutif puncak, semua divisi dalam perusahaan, dan semua karyawan.
Quality control dapat dilakukan dengan beberapa langkah. Ishikawa menyebutkan bahwa konsep Taylor dapat digunakan untuk menggambarkan kontrol dengan plan-do-see nya. Ishikawa mengembangkan konsep tersebut menjadi plan-do-check-action (PDCA). Inilah yang disebutnya Quality Circle dan harus dibuat untuk bergerak ke arah yang benar. Kemudian Ishikawa mengembangkan lebih lanjut dengan mendefinisikan ulang lingkaran ini dengan membaginya menjadi enam kategori. Kontrol diatur berdasarkan enam kategori ini, yang telah terbukti berhasil. Keenam langkah tersebut adalah sebagai berikut:
- Tentukan tujuan dan sasaran
- Tentukan metode untuk mencapai tujuan
- Terlibat dalam pendidikan dan pelatihan
- Melaksanakan pekerjaan
- Periksa efek implementasi
- Ambil tindakan yang tepat.
Upaya peningkatan mutu yang dilakukan oleh Ishikawa adalah dengan menerapkan sistem Quality Control. Dalam upayanya ini Ishikawa menganjurkan untuk membentuk QC Circle yang terdiri dari kelompok kecil pekerja yang bekerja sama dengan prinsip saling menguntungkan untuk melakukan kegiatan quality control secara sukarela. Selain itu, Ishikawa juga menganjurkan untuk menggunakan 7 (tujuh) alat kualitas dasar yang salah satunya yang paling terkenal adalah Cause and Effect Diagram. Diagram ini dapat digunakan untuk memecah secara efektif masalah ke dalam matriks hubungan sebab akibat oleh tim atau QC Circle, beberapa individu dapat memberikan saran dan pendapat tentang faktor kausal apa saja yang paling berpengaruh yang menyebabkan efek atau masalah. Â
Konsep mutu Ishikawa ini dapat diimplementasikan dalam dunia pendidikan di antaranya untuk:
1. Peningkatan Mutu Output Pendidikan melalui Quality Control; dan
2. Dasar penyusunan strategi peningkatan mutu pendidikan berbasis cause and effect.
Konsep peningkatan mutu Ishikawa ini memberikan motivasi kepada lembaga pendidikan untuk melakukan manajemen mutu yang baik yang salah satunya adalah konsistensi dalam melakukan quality control dengan melalui pembentukan QC Circle (Gugus Kendali Mutu) dan penggunaan alat control salah satunya adalah Cause and Effect Diagram. Dengan demikian, lembaga pendidikan dapat meningkatkan mutunya dengan mengetahui akar penyebab masalah yang terjadi serta menentukan strategi peningkatan mutu yang tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H