Pulau Harapan, yang berada di sebelah utara Kepulauan Seribu, memiliki keindahan pasir dan air jernih yang sangat memanjakan mata. Perlu waktu sekitar tiga jam dari pelabuhan Muara Angke dengan merogoh kocek Rp55.000 untuk sampai di sana. Di tengah perjalanan, jika beruntung, akan terlihat lumba-lumba atau penyu yang sedang berenang dengan kelompoknya.
Sebuah rencana singkat di tengah malam pada tahun 2016 mengantarkanku dan lima orang teman untuk memesan tiket perjalanan ke Pulau Harapan. Tak ada daftar perjalanan ataupun persiapan yang matang untuk ke sana, hanya ingin liburan sekaligus merayakan kelulusan. Tiga dari lima temanku sudah pernah ke sana sebelumnya.
Untuk menjalankan rencana, kami menelepon sederet nomor yang berada di kontak salah satu temanku. Nomor itu milik salah satu orang dari travel agent yang juga penduduk asli Pulau Harapan. Beruntung, dia sudah percaya dengan kami, jadi tidak ada masalah untuk memesan sebuah tempat singgah tanpa membayar uang muka sebelumnya.
"Bayarnya kalau sudah sampai di sini aja," katanya.
Setelah sepakat dengan harga dan metode pembayaran, aku dan teman-temanku kembali ke rumah masing-masing untuk membereskan baju-baju kami. Pukul lima pagi, kami sudah harus berada di Muara Angke agar tidak tertinggal kapal.
Hari masih gelap karena matahari belum terbit. Suara panggilan untuk sembahyang mengiringi perjalanan di dalam mobil yang kami pesan secara online. Ketika tiba di pelabuhan, kami membagi tugas, tiga orang membeli makan untuk sarapan, sisanya mencari seorang dari travel agent yang sudah kami hubungi semalam.
Setelah nasi uduk dengan telur balado dan selembar tiket sudah siap di tangan, kami kembali bertemu di depan kapal yang akan mengantar kami menyebrang ke Pulau Harapan.
Matahari mulai muncul di sebelah timur, dan kami sudah diizinkan untuk menaiki kapal. Kapal hari itu tidak terlalu ramai karena kami pergi bukan di hari libur. Sambil menikmati sarapan di geladak, kami baru mengetahui kalau ternyata kapal akan berangkat pukul sepuluh pagi nanti. Kapal ini tidak hanya mengantarkan penumpang ke Pulau Harapan, tapi juga beberapa Pulau lain. Pulau Harapan adalah tujuan terakhir.
Saat kapal mulai berlayar meninggalkan pelabuhan, angin menerpa rambut kami dan sinar mentari makin mencolok. Air juga mulai berganti-ganti warna, dari cokelat, hijau tua, hijau muda, biru tua, sampai biru muda. Beberapa kali kapal berhenti di pulau-pulau transit, seperti di Pulau Pari dan Pulau Pramuka.
Di tengah perjalanan, sebuah keberuntungan menghampiri kami. Kami sempat melihat dua lumba-lumba yang berenang dan melompat dengan girang dari kejauhan. Seekor penyu yang meliuk di dalam air juga terlihat saat kami melewati air yang berwarna agak kehijauan.
Hujan dan angin yang membuat langit mendung sempat membuat takut beberapa orang yang berada di dalam kapal. Namun, aku dan teman-temanku masih memiliki cukup nyali untuk melihat pergantian warna dari awan dan air.