“Ketika Pekerjaan kamu dan Kata-kata yang Bermanfaat untuk diri kamu sendiri dan orang lain akan mendatangkan Kebahagiaan dan Kesehatan” – Oktaviandi Armansyah
Jutaan orang mendefinisikan kebahagiaan dengan berbagai arti kata dan makna yang berbeda-beda. Bagi saya, kebahagiaan adalah tentang udara segar yang dihirup memberi rasa ketenangan hati, kejernihan pikiran dan kesehatan yang berkelanjutan, hingga memberikan kehidupan dengan prinsip-prinsip yang disukai hati sendiri dan orang lain dengan menjalani kehidupan yang berintegritas, beretika, kasih sayang dan empati adalah landasan kebahagiaan.
Membaca tema writing competition ini membuat saya berpikir, karena kebahagiaan sangat dilupakan dan sulit dirasakan ditengah pandemi akhir-akhir ini. Banyak kejadian dan peristiwa yang membuat semua orang hampir di seluruh penjuru dunia mengalami overthingking dan depresi akibat karantina yang berkepanjangan serta social distancing. Hal ini sejatinya menentang fitrah manusia sebagai makhluk mulia yang membutuhkan real social networking.
Hingga kata “bahagia” atau memberi kebahagiaan telah tenggelam di dalam samudera (hati kita sendiri). Akibatnya kebanyakan orang berlomba-lomba untuk bisa mendapatkan dan membuat “vaksin” agar mereka bisa memulihkan diri dan bisa memiliki imun yang kuat untuk kesehatan mereka hingga bisa berkumpul bersama-sama kembali.
Tanpa disadari mereka hanya membutuhkan vaksin untuk bisa memulihkan kesehatan jasmani dan “mental” mereka. Padahal kebahagiaan itu bisa menjadi vaksin dengan keadaan saat berkumpul bersama keluarga dirumah, melakukan hal-hal produktif lainnya yang selama ini sangat jarang dilakukan sebelum adanya masa karantina ini. Kini saatnya membuat revolusi kebahagiaan dari sudut pandang dunia yang berbeda untuk mengawali tahun baru, merancang kebahagiaan baru karena Kebahagiaan adalah vaksin dunia yang sangat kita butuhkan saat ini.
Kebahagiaan yang sangat berkesan bagi saya berawal dari keingintahuan dan penasaran yang mendalam hingga terus tertarik ikut berbagai kompetisi lomba, “menulis” menjadi prioritas hobi dan kesan tersendiri yang ingin terus dilatih dan diperjuangkan.
Baik itu menulis esai, karya tulis ilmiah, proposal bisnis, blog/artikel dan hal lainnya, dikarenakan pada saat menulis itu saya bisa menyeimbangkan tentang apa yang ada di pikiran untuk diucapkan dan yang ada di perasaan itu dikombinasikan melalui tulisan hingga bisa mendapatkan dan memberi Kebahagiaan yang berkelanjutan, seperti pepatah mengatakan “Menulis adalah pekerjaan untuk keabadian, karena jika kamu tidak menulis, maka kamu akan hilang oleh masa/waktu”.
Setelah mengalami banyak kegagalan dalam kompetisi lomba menulis, hingga suatu ketika salah satu bapak/ibu dosen mengirimkan info kompetisi Nasional di grup WhatApp kampus. Saya tertarik untuk mengikutinya, dikarenakan salah satu kategori lomba yaitu menulis esai ilmiah dengan tema Inovasi Aplikasi Teknologi Berbasiskan Ramah Lingkungan untuk Mewujudkan Indonesia SDGs 2030.
Pada akhirnya puncak kerja keras itu mulai membuahkan hasil hingga saya berhasil mendapatkan Juara 1 Nasional dengan judul karya esai yaitu INPLANTS: “Inovasi Baterai dari Tanaman Berbasis Composite dengan Sistem Green Nanotechnology”.
Baca Juga: 5 Tips Ampuh Menulis Esai yang Potensial untuk Juara
Lomba tersebut diadakan oleh Universitas Internasional Semen Indonesia dengan tema besar “Writing for Charity”. Sesuai dengan temanya tujuan saya ikut kompetisi itu bukan hanya mengejar Juara, Prestasi atau bahkan hadiah yang diberikan, melainkan benar-benar untuk beramal, memberi dan berbagi.