Mohon tunggu...
Okta_Armansyah
Okta_Armansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Chemical Engineering

When Your Work and Words are of Benefit to Yourself and Others will bring Happiness and Healthy

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Cerdas! Ini Inovasi Smart Water Filter untuk Pemberdayaan Masyarakat

19 November 2020   15:47 Diperbarui: 19 November 2020   15:50 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air  merupakan  unsur  yang  paling  penting dalam  kehidupan  setiap makhluk yang hidup di muka bumi ini, salah satu makhluk yang sangat membutuhkannya adalah manusia. Ketersediaan air bersih saat ini masih dianggap belum maksimal, dikarenakan masih banyaknya pelaporan dari warga terhadap air yang digunakan yang banyak menimbulkan dampak negatif pada warga termasuk mahasiswa.

Begitu juga dengan kebutuhan air bersih bagi masyarakat di provinsi Aceh, terkhususnya di kota Lhokseumawe, Kecamatan Muara Satu, desa Blang Pulo, ketersediaan air bersih pada desa ini masih terbilang minim, berdasarkan   informasi   dan   data   dari   Departemen   Kesehatan Kota Lhokseumawe bahwasannya ketersediaan air bersih pada daerah Blang Pulo kecamatan Muara Satu berkisar 34,80 %.

Hal tersebut dikarenakan masih rendahnya kepedulian masyarakat Blang Pulo terhadap lingkungan khususnya untuk kualitas air tanah dan masih keterbelakangan ilmu pengetahuannya. Sehingga Masyarakat tidak mampu untuk mengatasi permasalahan mengenai buruknya kualitas air tersebut.

Air yang tidak bersih pada daerah tersebut mengandung tingginya kadar senyawa besi, mangan, calsium, senyawa organik dan senyawa penyebab salinitas. Hal tersebut dikarenakan air pada desa Blang Pulo banyak mengandung mineral, logam berat dan minyak yang disebabkan  karena  kawasan Blang  Pulo terletak  di  daerah yang banyak mengandung mineral dan minyak dari pesisir laut dan berdekatan dengan kawasan Industri.

Melihat kondisi dan situasi tersebut, munculah inovasi yang sangat dibutuhkan untuk membuat terobosan yang berbeda terutama di bidang water treatment. Masa depan yang berkelanjutan dan sehat akan semakin tergantung pada penggantian teknologi yang sudah ada dengan yang menggunakan bahan terbarukan yang mudah dapat didaur ulang tanpa merusak lingkungan. 

Salah satu pendekatan yang menjanjikan menuju pengolahan air masyarakat yang berkelanjutan adalah untuk mengubah biomassa dari limbah kulit pinang menjadi bahan yang disebut karbon berpori (composite) hingga dapat merancang sebuah inovasi Smart Water Filter. Inovasi ini akan bekerja sebagai filterisasi air tanah dengan menurunkan kandungan mineral, logam berat dan penghilangan kadar minyak serta  baunya dengan  sistem  penyaringan  dan  penyerapan menggunakan pengolahan dari limbah kulit pinang.

Aceh merupakan provinsi penghasil buah pinang terbesar di Indonesia. Sebagaimana dikutip dari laman aceh.tribunnews.com, Pimpinan Bank Indonesia Banda Aceh, Zainal Arifin Lubis mengatakan, Iran dan Thailand masih menjadi negara tujuan ekspor pinang terbesar dari Aceh. Nilai ekspor ke Iran untuk periode Januari-April 2020 senilai 4,885 juta dollar AS (Rp 69,442 miliar). Sedangkan ke Thailand senilai 2,523 juta dollar AS atau Rp 35,868 miliar, ini merupakan potensi lokal Aceh yang sangat prospek kedepannya.

Tetapi di sisi lingkungan masyarakat pedesaan khususnya di Aceh, pinang atau yang sering disebut dengan pineung ditanam untuk dimanfaatkan biji dan batangnya saja untuk dijual. Biji pinang diekspor dari Indonesia ke beberapa negara di Asia seperti India, Pakistan, Iran, Thailand dan Nepal. Namun, kulit pinang saat ini belum dimanfaatkan secara optimal, selama ini kulit buat pinang hanya dibuang begitu saja oleh petani sehingga membuat gunungan limbah kulit pinang.

Penelitian dari Laboratorium Non Ruminansia, Fakultas Peternakan, UNAND pada 2018, sabut buah pinang mengandung hemiselulosa (35-64,8 %), lignin (13-26 %), pektin dan protopektin (Naveenkumar dan Thippeswamy 2013). Hasil analisis  proksimat kandungan gizi dan energi termetabolisme limbah kulit buah pinang adalah:  65.41% air, 34.59% bahan kering, 2.22% protein, 0.15% lemak, 47.02% serat kasar, 0.28% Ca, 0.36% P, dan Energi Termetabolisme 2.495 kkal/kg. Tentunya potensi dari pemilihan bahan yang ramah lingkungan ini sangat baik untuk di implementasikan pada Smart Water Filter dengan proses biosorpsi menunjukkan kemampuan biosorben untuk mengikat logam berat dan kandingan minyak yang ada di dalam air masyarakat.

Dengan begitu melalui berbagai tahapan proses mulai dari persiapan bahan baku, penelitian dan pengembangan, monitoring dan evaluasi, perancangan dan uji prototype media hingga pengimplementasian nya kepada masyarakat, dengan harapan kedepannya inovasi Smart Water Filter ini dapat membuat masyarakat untuk bisa mengatasi berbagai masalah terhadap kebersihan dan kesehatan dari air yang akan dikonsumsi setiap harinya. Sehingga masyarakat lebih perduli terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan ditambah lagi adanya covid-19 yang membuat kesehatan menjadi harta yang paling berharga untuk tetap menjadi pusat perhatian di masa new normal ini. Walaupun demikian protokol kesehatan harus tetap dijalankan, mulai membiasakan pola hidup sehat, memakan makanan sehat dan lindungi diri serta orang lain yang ada dilingkungan sekitar.

Oleh: Oktaviandi Armansyah, Mahasiswa asal Pematang Siantar -- Sumatera Utara, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh yang sedang melaksanakan KKN Penulisan Karya Pengabdian (KKN-PKP) dibawah bimbingan bapak Joelman Subaidi, S.H., M.H.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun