Mohon tunggu...
Oktaviana syafaqul Hidayah
Oktaviana syafaqul Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Hubungan Internasional UNEJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Dagang AS-Tiongkok dalam Kacamata Ekonomi Politik Internasional

29 Februari 2024   11:50 Diperbarui: 29 Februari 2024   12:04 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa itu Ekonomi Politik Internasional (EPI)?
Ekonomi politik internasional (IPE) merupakan salah satu studi yang berfokusnya pada bidang ekonomi dan isu politik, di mana di dalam ekonomi politik internasional akan menganalisis bagaimana kekuatan politik berpengaruh pada struktur pasar dan implementasi interaksi ekonomi di dalam prosesnya. Di dalam studinya juga di analisa bagaimana faktor-faktor dari domestik, internasional, hubungan antara ekonomi politik yang domestik, dan kebijakan ekonomi luar negerinya.
Negara dan pasar merupakan bagian penting dalam sistem ekonomi Internasional, yang tentunya memiliki peranan pentingnya masing-masing dan berkaitan satu sama lain. Ekonomi lebih merujuk pada kekayaan, sedangkan politik merujuk pada kekuatan dan kekuasaan. Di dalam pasar ekonomi politik internasional sumber daya akan tersebar diantara negara, kelompok, maupun individu. Pasar ini bisa menjadi alat untuk membentuk tingkat laku manusia karena di dalam transaksinya terdapat jaringan yang menghubungkan kegiatan ekonomi dunia, itulah mengapa aktivitas negara mengikuti sistem pasar Internasional tersebut. 

Studi kasus nya?
Mari mengambil salah satu studi kasus yaitu perang dagang di antara Amerika Serikat dan Tiongkok, perang dagang ini dimulai pada beberapa tahun silam tepatnya pada tahun 2018. Pada saat itu Presiden Amerika Serikat Donald Trump memutuskan akan menerapkan kebijakan baru yakni tarif impor untuk produk yang berasal dari Tiongkok, karena Trump menganggap produk-produk dari Tiongkok tersebut merugikan Amerika Serikat. Yang berarti adanya kebijakan penarikan tarif untuk barang impor tersebut memiliki alasan yang kuat yang mendasarinya, alasannya ialah Amerika Serikat ingin melindungi produk domestiknya dan juga ingin melindungi pekerja atau buruh serta konsumennya. Tentunya Tiongkok merasa tidak terima dengan kebijakan tersebut, Tiongkok menanggapinya dengan membalas melalui hal yang sama juga yakni mengadakan tarif impor untuk produk yang berasal dari Amerika Serikat.

Adakah penyelesaian masalah?
Terdapat perundingan antara kedua belah pihak yang bersangkutan, Sayangnya hasil dari percakapan tersebut tidak mendapatkan solusi yang baik namun, setelahnya pada tahun 2020 pihak Amerika Serikat dan Tiongkok akhirnya mencapai sebuah kesepakatan dagang tahapan pertama. Di dalam kesempatan tersebut berisi komitmen Tiongkok untuk menambah ekspor produk dari Amerika, Trump mengatakan kesepakatan tahap awal ini merupakan suatu kemenangan kedua negara. Tentunya kesepakatan yang menghasilkan keseimbangan perdagangan ini masih terus diawasi serta mengatasinya dengan perlahan-lahan.
Lalu selanjutnya adannya perang dagang tahap kedua yang berkaitan tentang pembatasan teknologi dan AI, presiden Tiongkok Xi Jinping pada pertemuan di tahun 2023 mengaku ingin mandiri dalam bidang kekayaan intelektual yakni mengembangkan teknologi dan kepintaran buatan atau AI supaya tidak bergantung pada negara lain sehingga kemajuannya tidak terhambat. Amerika menanggapi dengan membatasi Tiongkok dalam bidang teknologi dan kekayaan intelektual dengan alasan keamanan nasionalnya, lalu Tiongkok mengalokasikan danannya untuk kepentingan dalam negerinya yakni semakin meningkatkan produksi chip buatannya. Lalu pada 2023 juga terdapat salah satu aspek yanng penting di dalam perang dagang antara Amerika dan Tiongkok ini yakni upaya dedolarisasi.

Keterkaitan Studi kasus dan EPI?
Jadi perang dagang AS-Tiongkok jika dikaitkan dengan kerangka Ekonomi Politik Internasional (IPE) akan mempertimbangkan bermacam aspek, yakni seperti latar belakang historisnya, kekuatan struktural, dinamika politik, dan lainnya.
Yang pertama menurut latar belakang historisnya perang dagang AS-Tiongkok ini dikarenakan adanya persaingan kekuatan ekonomi dan pengaruhnya, apalagi pada saat itu Tiongkok bangkit menjadi negara yang berekonomi adidaya seakan menentang dominasi ekonomi tradisional Amerika Serikat yang menyebabkan terjadinya ketegangan dan adanya tindakan proteksionisme antar kedua belah pihak.
Yang kedua menurut kekuatan strukturalnya kondisi ketegangan kedua negara ini disebut dengan "Thucydides trap" dengan kata lain terjadinya perang yang tidak dapat dihindari di antara kedua kekuatan yang sama besarnya, tentunya perang yang dimaksud bukan perang militer melainkan perang dalam bidang ekonomi untuk membuktikan siapa yang mendominasi dan memiliki kuasa akan ekonomi dunia.
Ketiga adanya masalah keuangan, dimana presiden AS Trump mengadakan perang dagang tersebut karena ia cemas akan bagaimana Tiongkok mengadakan praktik perdagangannya yang menurutnya kurang adil, dan terdapat kebutuhan untuk memenuhi tanggung jawab melindungi industri Amerika Serikat. Tapi ada pula motivasi dari pertimbangan pemilu serta terdapat keinginan mengatasi defisit dagang antara Amerika dan Tiongkok.
Keempat dinamakan politik dalam negerinya memiliki peran yang penting untuk pembentukan perang dagang Amerika dan Tiongkok, itulah mengapa Trump mempergunakan strategi proteksionisme saat kampanyenya sedang berlangsung dan berusaha sebisa mungkin menjalankan segala janjinya yang telah dijanjikan pada pemilih yang mana merasa terancam dengan bertumbuhnya ekonomi Tiongkok dominasi ekonomi
Perlu diperhatikan juga bahwa perang dagang di antara kedua negara ini terjadi dikarenakan kedua negara berusaha untuk memenangkan dominasi ekonominya dan adanya kekhawatiran hilangnya mata pencaharian disebabkan globalisasi. Tentunya perang dagang ini terdapat konsekuensinya tidak hanya mempengaruhi di dalam negeri Amerika dan Tiongkok saja, melainkan negara lain juga terpengaruh apalagi negara sekutunya yang mana ekspornya terganggu. Terakhir, perang dagang antara Amerika dan Tiongkok ini merupakan interaksi yang rumit antara beberapa aktor yang memiliki tingkatan berbeda mencangkup lokal, nasional, regional, dan secara keseluruhan atau global yang membentuk pasar ekonomi internasional masa kini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun