Mohon tunggu...
Lyfe

Meninjau Desain Cover Buku Asik nan Klasik Generasi X: Jawa Timuran

31 Mei 2016   17:55 Diperbarui: 1 Juni 2016   10:33 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menoleh sedikit ke masa lalu, masa anak-anak hingga beranjak remaja, mengingat-ingat beberapa pelajaran di sekolah. Hitung-menghitung, membaca hingga hafal-hafalan. Dari ketiga metode pembelajaran tersebut, metode hafalan adalah metode pembelajaran yang paling mendebarkan. Di masa saya sekolah dasar, metode hafalan yang sistemnya maju di depan kelas atau untuk siapa yang mampu menghafal materi tertentu seperti perkalian, bait puisi, do’a atau tebak-tebakan jawa adalah hal yang keren. Bagi yang berhasil duluan bisa pulang lebih cepat, jaman dulu hal itu benar-benar mampu memotivasi dalam pelajaran, mengasah daya ingat dan juga membuat teman yang lain gigit jari. Walau pun suasana jadi berubah kompetitif, tapi metode hafalan ala sekolahan ini sangat menyenangkan dan memacu adrenalin. Hafalan yang menyenangkan itu salah satunya adalah tebak-tebakan jawa.

Eh tunggu dulu, sudah penasarankah? Buku apa ini? Belum cukup kata kuncinya! Oke, buku ini termasuk salah satu buku wajib terutama untuk pelajaran bab aksara. Sudah tahu? Yap, buku ini adalah buku Sari-sari Basa Jawi Pepak. Dari sekian banyak versi buku pepak, sebutannya, saya memilih buku pepak oleh M. Abi Tofani. Alasannya karena buku ini memang lebih banyak dipakai oleh siswa siswi di bandingkan dengan versi lainnya di Jawa Timur. Sejak saya bersekolah tahun 2002-2011 kehadiran buku ini selalu jadi penting, sebagai panduan untuk mata pelajaran Bahasa Jawa.

Kenapa buku ini jadi begitu asik? Karena kontennya sangat bermacam-macam. Seperti sebutan untuk keluarga dan sislsilah dalam adat Jawa. Yang paling unik, yang tidak di temui di kebudayaan lain dan paling faforit untuk dijadikan tebakan atau biasanya jadi bahan hafalan yaitu sebutan untuk anak hewan, daun tanaman, biji tanaman, jenis pertahanan hewan dan pantun Jawa, nyanyian, nama-nama tokoh pewayangan dan yang terakhir aksara Jawa. Yang menjadikannya klasik adalah desainnya yang tidak berubah hingga hari ini. Terbit tahun 1996, hingga saya gunakan tahun 2002 hingga 2011 tidak ada perubahan sedikitpun. Dilihat dari nilai sejarah yang saya rasakan, saya jadi tertarik untuk meninjau kover buku ini dari sudut pandang desain komunikasi visual.

Secara fisik, buku Sari-sari Basa Jawi Pepak terbitan Yayasan Amanah, Tuban Jawa Timur ini memiliki ukuran 21x15cm dan memiliki 112 halaman. Kover buku berwarna merah menyala sebagai latar. Memiliki sebuah ilustrasi berupa foto dua gadis kecil sebagai pengiring pengantin Jawa lengkap dengan atribut, tengah duduk berjajar di kursi pelaminan. Bentuk ilustrasi tersebut dibingkai oleh bentuk gunungan pada pewayangan dengan outline warna kuning sebagai pendamping warna merah. Dari sini saja audiens sudah mendapatkan bayangan tentang kerajaan yang dominan warna merah sebagai warna karpet, kursi raja, bahkan di Korea Selatan seorang raja dalam pakaian kenegaraannya juga turut memakai warna merah, warna merah sebagai penanda status dan tahtanya. Sementara warna kuning sebagai lambang kejayaan dan keemasan, dapat diartikan sebagai emas, pernak pernik berbahan emas. Sementara di dalam bentuk gunungan itu, selain ilustrasi juga terdapat ulasan penjelas konten buku “Kangge: Para Siswa-siswi Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan, Madrasah lan Umum” berlatar biru tua sebagai warna dingin yang bersifat menyeimbangkan warna merah yang bersifat panas.

Setelah mengulas fisik dan sedikit makna di dalam kovernya, saya akan membahas tentang tipografinya. Untuk judul utama Sari-sari Basa Jawi Pepak menggunakan tipografi jenis Sherif yang memiliki ekor di sudutnya. Tipografi dibuat seakan-akan timbul atau tiga dimensi. Warna tipografi menggunakan perpaduan warna kuning dan kecolatan dengan gaya bertekstur besi menjadikan seolah-olah tulisan tersebut terbuat dari bahan kuningan yang di tatah. Jika ditelaah lagi bahan kuningan dan besi-besi an mengingatkan kita pada alat-alat tradisional masa-masa kerajaan, dari alat masak, alat musik seperti gamelan, perhiasan dan sebagainya. Sementara keterangan konten penjelas menggunakan jenis huruf Arial dengan warna kuning.

Secara keseluruhan, tiga warna premier ini merupakan konsep dasar desain kover dengan komposisi merah 5: kuning 4: biru 1. Penataan tipografi maupun ilustrasi berada di posisi center atau tengah, terkesan formal tanpa. Ilustrasi yang digunakan bukan hasil digital imagingmaupun rangkaian ilustrasi gambar, melainkan foto asli yang di kolase dengan bentuk gunungan pewayangan. Gaya desain yang dituangkan cenderung bergaya lama dengan ornamen-ornamen khas Jawa yang terlihat pada dekorasi pelaminan dan satu hal lagi, tidak bisa dipungkiri bahwa penggambaran dua gadis pengiring atau pendamping pengantin tersebut semakin membuat nuansa Jawa lama semakin terasa. Sanggul kuno dengan riasan wajah khas ketimuran yang meriah dan baju adat jawa serta perhiasan emasnya. Tak heran jika, gaya desain kover yang tidak berubah selama belasan tahun ini mendapat predikat sebagai buku legendaris klasik masa sekolah. Terimakasih buku Sari-sari Basa jawi Pepak. :)

 

Daftar Pustaka

Sanyoto, Sadjiman Ebdi., Nirmana Elemen-elemen Seni dan Desain, (Yogyakarta: Penerbit Jalasutra, 2009).

Sosrojudho, Arief Adityawan., Tinjauan Desain Grafis, Dari Revolusi Industri Hingga Indonesia Kini, (Jakarta: PT. Concept Media, 2010).

[caption caption="Sumber gambar: www.get2iarea.blogspot.co.id/2012/04pendhawi-lima-bersaudari.html"]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun