Kepercayaan diri atau biasa lebih dikenal dengan sebutan "Percaya Diri" merupakan salah satu komponen penting untuk sukses dalam memenangkan kehidupan ini. Kepercayaan diri memungkinkan seseorang untuk menghadapi tantangan, membuat suatu keputusan, dan membangun hubungan sosial yang bermakna dengan orang lain. Karena cara kita berbicara dengan diri sendiri secara langsung mempengaruhi perasaan dan perilaku kita, bagaimana pola pikir kita dapat memainkan peran penting dalam membangun kepercayaan dalam diri yang menjadikan diri kita optimis untuk mengambil sebuah keputusan. Salah satu komponen penting dari proses ini adalah Self- Talk, yaitu percakapan yang kita lakukan dengan diri kita sendiri setiap hari. Percakapan ini bisa bersifat positif atau negatif, dan dapat membangun atau menghancurkan kepercayaan diri kita.
Self- Talk adalah percakapan internal yang terjadi di dalam pikiran kita, yang seringkali dilakukan  tanpa kita sadari. Dialog internal ini bisa bersifat positif, negatif, atau netral, tergantung pada bagaimana kita memandang diri kita sendiri dan situasi di sekitar kita. Sebuah contoh dari percakapan diri yang positif adalah ketika seseorang berpikir untuk dirinya sendiri, "Saya pasti bisa menyelesaikan semua tugas sebelum Ujian Akhir Semester dilaksanakan," sementara percakapan diri yang negatif bisa berupa, "Saya tidak akan bisa menyelesaikan tugas ini, apalagi harus mencicil belajar Ujian Akhir Semester." Self- Talk bersifat netral cenderung lebih deskriptif, seperti "Hari ini saya punya banyak tugas."
Pola self-talk seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk pengalaman masa kecil, lingkungan sosial, dan kepercayaan budaya. Misalnya, seseorang yang tumbuh dengan dukungan emosional yang kuat cenderung memiliki pembicaraan diri yang positif. Sebaliknya, pengalaman traumatis atau kritik berlebihan dapat menanamkan pola bicara diri yang negatif, yang seringkali lebih dominan karena otak secara alami lebih sensitif terhadap ancaman dan kritik.
Self-talk bersifat negatif dapat langsung mempengaruhi kepercayaan diri, menyebabkan keraguan, stres, dan bahkan kecemasan. Sebaliknya, Self- talk bersifat positif kepada diri sendiri meningkatkan kepercayaan diri dan membantu seseorang menghadapi kesulitan dengan sikap optimis. Budaya juga memainkan peran penting, masyarakat yang menekankan kompetisi dapat berkontribusi pada kritik diri yang lebih kuat. Oleh karena itu, kesadaran akan pola Self- talk adalah langkah pertama untuk memahami sikap pribadi dan mulai mengubahnya menjadi lebih mendukung dan membangun.
Self-talk memiliki pengaruh besar pada kepercayaan diri seseorang karena pikiran kitalah yang membentuk emosi, perilaku, dan hasil yang kita capai nantinya. Ketika seseorang terus-menerus berkata dalam pikirannya, "Saya tidak cukup baik," kata-kata ini ter-realisasi menjadi keyakinan yang melemahkan. Sebagai contoh, seorang siswa yang gagal pada ujian penting mungkin kehilangan kepercayaan diri karena terus-menerus mengulang self-talk negatif seperti, "Saya memang bodoh, begini saja tidak bisa." Proses ini diperkuat oleh neuroplastisitas otak, di mana jalur saraf semakin kuat seiring dengan pengulangan pola pikir tertentu.
Sebaliknya, atlet profesional lebih sering menggunakan self-talk positif untuk meningkatkan performa mereka. Dengan mengucapkan afirmasi seperti, "Saya siap menghadapi tantangan ini," mereka menciptakan pola pikir yang mendukung keberhasilan. Namun, pikiran manusia memiliki kebiasaan negatif alami, yang membuat kita lebih fokus pada kritik dan kegagalan dibandingkan dengan pujian, jika dibiarkan dapat menyebabkan dampak jangka panjang seperti stres kronis, kecemasan, dan rendahnya rasa percaya diri.
Di sisi lain, self-talk positif dapat membawa keberhasilan, seperti seorang pengusaha yang meyakinkan dirinya untuk tetap maju meskipun mengalami banyak kerugian. Kepercayaan diri sebenarnya adalah hasil dari kebiasaan berpikir yang terus diperkuat, sehingga penting untuk memilih kata-kata yang mendukung dan membangun.
Meningkatkan self-talk positif dapat dimulai dengan mengenali dan mengidentifikasi pola-pola self-talk yang ada. Langkah pertama adalah mengenali pikiran negatif yang sering muncul dalam pikiran kita. Teknik-teknik yang dapat digunakan termasuk mencatat pikiran negatif saat muncul dan meragukan kebenarannya. Pertanyaan seperti "Apakah ini benar?" atau "Apa bukti yang mendukung pemikiran ini?" dapat membantu kita memahami kebiasaan berpikir kita. Misalnya, ketika kita merasa cemas sebelum presentasi, kita mungkin berpikir: "Saya akan gagal." Kesadaran akan pola ini dalam aktivitas sehari-hari merupakan langkah penting untuk memulai perubahan.
Setelah mengenali pola negatif pada diri kita, langkah berikutnya adalah mengubah narasi dalam pikiran kita. Sebuah strategi yang efektif adalah dengan mengganti kata-kata negatif dengan afirmasi positif. Misalnya, alih-alih berpikir, "Saya tidak cukup baik," kita bisa menggantinya dengan, "Saya memiliki kemampuan untuk belajar dan berkembang." Sebuah latihan praktis yang bisa dilakukan adalah menulis ulang pikiran negatif menjadi positif setiap kali kita menyadarinya. Ini membantu membangun kepercayaan diri dan mengubah cara kita melihat diri kita sendiri.
Latihan visualisasi positif juga merupakan alat yang ampuh untuk meningkatkan pembicaraan diri. Cara sederhana untuk memvisualisasikan hasil yang diinginkan adalah dengan membayangkan diri kita berhasil dalam situasi yang menantang, seperti presentasi atau dalam wawancara kerja. Dampak dari visualisasi ini dapat meningkatkan motivasi dan keberanian.
Praktik rasa syukur dan penghormatan terhadap diri sendiri juga penting untuk meningkatkan self-talk yang positif. Dengan menghargai pencapaian kecil, tidak peduli seberapa kecilnya, dapat membantu kita merasa lebih baik. Contohnya membuat jurnal harian dengan menuliskan tiga hal yang kita syukuri setiap hari secara konsisten. Ini menciptakan suasana hati yang positif dan membantu kita fokus pada hal-hal baik dalam hidup.