Percikan-percikan suci kembali bertebaran pada dinding-dinding rahim Gereja
Aku kembali memuja kepada Tuhan dalam keheningan
Kebisuan pada bibir-bibir hitam
Menjadi pertanda, duniaku dipenuhi dosa-dosa
Dibawah langit hitam
Aku bergumam lirih dan letih
Menyanyikan doa penuh penghayatan
Hamparan-hamparan bukit tinggi menjadi saksi bisu
Bahwa aku menghempas ujud-ujud doa dalam sunyi senyap
Tuhanku
Di bawah lautan kasih-Mu
Ku tata aksara sedemikian rupa
Dalam keheningan malam atau  sebelum fajar menyingsing hadir mengusir kemerlapan
Aku bergumam bersama semesta menyanyikan doa-doa yang semakin membeku dalam kantong-kantong kerohanian.
Saat bulir-bulir kata terucapkan dari mulut-mulut pendosa
Ku cari rautan wajah-Mu dibalik rerumpunan hujan
Ku temukan engkau begitu mempesona penuh keabadian
Kepada-Mu yang tak sempat ku dekap
Ku titipkan sejuta sajak doa
Dan serpihan-serpihan kata mewakili kerinduan
Di iringi lagu-lagu rohani nan indah dan penuh romantika
Aku, pendosa yang terus bersujud menanti penuh iman di depan lilin-lilin yang kian kemerlap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H