Nama: Oktavia Iswari Nur Ramadhani
Nim: 44223010151
Prodi: Public Relations
Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi Dan Etik UMB
Dosen Pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
Kampus: Universitas Mercu Buana
Artikel ini menguraikan secara singkat dan sederhana kepemimpinan, Sarat Wedotomo oleh KGPAA Mangkunegara IV.
Yang Mulia Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV.
Serat WedhatamaÂ
Mengandung makna yang sangat mendalam, makna: Serat adalah kitab, sedangkan wedha membangun makna ilmu, dan tama adalah yang utama. Oleh karena itu Sera Wedhatama disebut sebagai kitab pokok ilmu pengetahuan yang membantu manusia memperolah ruh utama/leluhur bagi setiap kehidupan manusia di dunia. termuat pelajaran disana, berasal dari KGPAA. Ditujukan bagi para putra dan turunannya, agar keturunan nya berakhlak mulia dan memiliki watak yang leluhur. Namun belakangan ternyata isi dari ajaran tersebut bersifat luas/universal, yang dimaksud yaitu bermanfaat bagi semua orang dan berlaku selamanya. Oleh karena itu, ti-daklah mengherankan, bila hingga kini isi kitab Wedhatama sangat di minati oleh kalangan masyarakat Jawa. Bahkan sangat banyak para mahasiswa asing yang berminat, seperti hal nya dari Belanda, Amerika, Inggris, Australia, Jepang dan masih banyak sekali warga asing lainnya, yang berminat untuk mempelajarinya.
Serat Wedhatama pada mulanya disajikan dalam bentuk puisi (tembang), seluruhnya terdiri dari 100 (seratus) bit (padha), dibacakan dan dinyanyikan (Macapat), dengan atau tanpa iringa gamelan. Kitab Wedhatama mempunyai cukup banyak kualitas sastra yang tinggi, sehingga kini naskah ini digolongkan sebagai karya sastra dan seni oleh para toko budaya dalam dan luar negeri . Selanjutnya apabila kita dapat memahami, menghayati, serta melaksanakan dan mengamalkan ajaran-ajaran-nya yang paling mulia dan paling agung. Dengan mengenang jasa jasanya dalam bidang sastra, khususnya dalam penafsiran kembali ajaran Wedhatama Sutra, Jawa tahun 1905 atau tahun 1973 Masehi dengan dua sengkalan, juga mencerminkan kepribadian KGPAA. Mangkunegoro IV, Disertai dengan karya sastranya Adapun Cendraseng-kala untuk tahun 1905 Jawa, berbunyi: "Lungduding Kamukswan Ambabar Wiji", Suryasengkala untuk tahun 1973 Masehi, adalah: "Cahyaning Piwulang Ambuka Budi".Â