"Setiap manusia yang masih bernyawa pasti punya mimpi"
Saya fikir hampir semua orang bersepakat dengan tulisan diatas. Â Sehingga tidak ada boleh ada satu pun manusia yang melarang orang itu bermimpi. Setiap orang bebas memimpikan apapun yang dia suka atau yang dia inginkan. Hanya dari sebuah mimpi, banyak penemuan-penemuan yang awalnya tidak dapat dan mustahil, berakhir dengan kenyataan. Contoh saja dengan terciptanya kapal terbang, dahulu orang menertawakan orang-orang yang bermimpi bisa terbang, namun pada akhirnya hal yang ditertawakan justru menjadi kenyataan. Dahulu, para pejuang kita bermimpi Indonesia merdeka, dan sekarang kita dapat menikmati kemerdekaan itu. Jadi, salahkah kita bermimpi?
Banyak orang yang berhasil mewujudkan mimpinya, namun banyak pula yang tidak mendapatkan mimpinya. Dalam tulisan saya ini saya ingin sekali mencoba mencari kunci mengapa ada yang berhasil dan tidak berhasil. Saya mencoba mendekatkan kajian ini dari sudut pandang baik dari permainan kata, sebab ternyata "kata-kata" kita adalah yang membuat kita, mungkin itulah kenapa ada istilah "kata-kata itu adalah doa".
Etimologi Mimpi
Kita sering mendekatkan "mimpi" dengan "tidur", dan itu tidak sepenuhnya salah, sebab apabila kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), memang arti dari mimpi adalah 1 sesuatu yg terlihat atau dialami dl tidur; 2 ki angan-angan;. Namun kita dapat melihat arti kedua dari mimpi adalah angan-angan.
Tetapi apabila kita membaca KBBI untuk istilah "bermimpi" ternyata yang tertulis adalah ; 2 berkhayal; berangan yg bukan-bukan;. Memang ketika kita bermimpi, mimpi itu hanya anganan saja, kita tidak dapat merasakan  hal nyata ketika kita bermimpi, itulah yang menyebabkan "berangan yang bukan-bukan". Nah disinilah kita akan berupaya untuk mengubah dari yang "berangan yang bukan-bukan", menjadi "kejadian yang sangat nyata". Bearti kita akan berbicara proses.
JADIKAN MIMPI MENJADI VISI
Tidak sedikit orang yang hanya berhenti dimimpi, ini mungkin yang menyebabkan mengapa banyak orang yang tidak dapat mewujudkan "mimpi"-nya. Alasan berhenti "dimimpi" karena tidak percaya dan pesimis akan terwujudnya mimpi menjadi kenyataan, atau masa lalu yang mengecewakan sehingga kita takut bermimpi kembali. Apabila dari sini kita sudah seperti itu, wajarlah kita tidak pernah dapat menikmati manisnya mimpi.
Sebaiknya, ketika sudah mempunyai impian, segeralah ubah mimpi itu menjadi visi. Berubahlah dari seorang pemimpi menjadi seorang bervisi. Inilah letak dasar perbedaan anatar orang yang berhasil mewujudkan mimpi dengan orang yang gagal mewujudkan mimpi.
Visi ini merupakan step yang sebenarnya menentukan. Kita dapat melihat kembali di KBBI, arti visi adalah 3 kemampuan untuk merasakan sesuatu yg tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan; 4 apa yg tampak dl khayalan; 5 penglihatan; pengamatan. Terdapat proses disitu, prosesnya adalah orang tersebut mempu merasakan sesuatu yang dikhayalkan, jadi khayalan tersebut dicoba untuk dirasakannya. Untuk dapat merasakan tersebut, pastilah orang akan mergerak dengan misinya (usahanya).
Oleh sebab itulah orang yang bervisi, pastilah sudah mempunyai misi-misi untuk menyukseskan keinginannya atau harapannya. Tidak mungkin terjadi ketika orang bervisi tidak dapat menentukan misinya. Untuk misi, itu tergantung bagaimana orang tersebut memandang logis dari visinya sendiri. Ilustrasi yang mungkin dapat kita ambi, dahulu orang bermimpi dapat terbang seperti burung, impian tersebut diubah menjadi visi bagaimana upanya menjadi terbang, untuk upaya yang telah mereka visikan dibuatlah misi untuk dapat menjadi terbang. Maksud saya tadi pandangan logis berada ketika antara visi yang dilahirkan menuju misi yang akan dijalankan, terbang, pandangan logisnya, manusia secara lahiriah tidak mungkin dapat terbang, dan satu-satunya untuk dapat terbang adalah harus diciptakannya alat bantu, pada saat upaya membuat alat bantu inilah yang disebut misi (usaha).