Indonesia, sebuah bangsa yang memiliki pesona yang luar biasa dimata dunia, baik dari jaman kerajaan-kerajaan hingga setelah kemerdekaan dan saat ini. Bangsa yang begitu banyak menyimpan potensi alam, bahkan manusianya. Secara posisi geografis saja, bangsa ini cukup menawan, terletak “diperempatan” samudera, lautan dan benua, posisi ini sangat potensial bagi kegiatan perdagangan dunia. Akibat kita berada diwilayah khatulistiwa, Indonesia menjadi beriklim tropis, sehingga sangat wajar banyak flora yang menghiasi tanah Indonesia. Sadar atau tidak, walaupun ini seringkali menjadi bahan ejekan, namun pada kenyataanya –cobalah membuka mata- kualitas manusia Indonesia sebenarnya cukup baik. Banyak orang pintar (bukan paranormal atau dukun) yang berasal dari Indonesia, bahkan mereka adalah orang yang cukup diperhitungkan oleh ilmuan asing lainnya. Inilah yang menjadi suatu kebanggaan sekaligus menjadi ancaman.
Banyak sekali peristiwa-peristiwa yang mengancam keselamatan hingga kejayaan bangsa ini ketika sudah menjadi Indonesia –yaitu ketika masa kemerdekaan Indonesia hingga sekarang. Banyak peristiwa yang menjadi ancaman ini sering berlatar belakang untuk menguasi Indonesia. Mungkin inilah yang menjadi konsekuensi suatu bangsa yang mempunyai banyak potensi didalamnya. Oleh sebab itu sepatutnya kita dapat selalu waspada dan peka akan ancaman yang datang. Bisa saja kita pada hari ini tengah tidak sadar, bahwa banyak pihak-pihak/oknum ( asing ) yang sedang berusaha menguasai atau sengaja “mengerdilkan” bangsa ini.
BELANDA, NICA, KNIL DAN VAN MOOK : Devide at Impera Datang Kembali
Setelah Ir.Soekarno membacakan teks Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, inilah babak baru dalam sejarah Indonesia, dan inilah sebenarnya masa-masa yang dinanti-nanti oleh mayoritas rakyat Indonesia. Peristiwa Proklamasi ini ternyata mendapatkan sambutan yang luar biasa dari rakyat Indonesia dari hampir setiap wilayah-wilayah. Banyak reaksi-reaksi yang sangat beragam, mulai terbentuknya lascar-laskar rakyat, pembentukan pemerintah daerah sementara -seperti reaksi dari Sam Ratulangi, gerakan pengibaran bendera Merah-Putih diseluruh wilayah Indonesia hingga pelucutan senjata milik tentara Jepang atau bahkan perebutan fasilitas yang pernah dikuasai Jepang.
Tidak lama setelah berkumandangnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 29 September 1945, Indonesia kedatangan “tamu asing” yang bernama SEAC dan AFNEI, komando untuk asia tenggara yang merupakan kesatuan dari tentara-tentara yang tergabung dalam blok sekutu. Tujuan awal mereka datang ke Indonesia adalah melucuti senjata Jepang dan membebaskan tawanan perang. Namun dibalik pasukan tersebut, “terselip” sebuah pasukan lagi yang bernama NICA (Netherland Indies Civil Administration / pasukan admistrasi atau pegawai sipil milik Belanda), disinyalir pasukan ini justru kembali untuk mempersenjatai pasukan KNIL ( Pasukan Bersenjata Kerajaan Belanda ) yang ada di Indonesia.
Walaupun pada tanggal 1 Oktober 1945 pihak Belanda mengakui de Facto atas Indonesia, namun NICA dan KNIL sering melakukan aksi provokasi untuk mengacaukan keamanan dalam negeri, seperti contoh di Surabaya, Semarang dan lain-lain, tidak hanya provokasi, mereka pun sering meneror pemimpin-pemimpin Republik Indonesia, bahkan Soekarno Hatta pun pernah sempat diculik oleh mereka. Intinya adalah mereka ingin kembali kekuasaannya di Indonesia. Tidak semudah itu mereka dapat merebut kembali Indonesia, mungkin ini adalah kata-kata yang tepat dalam menggambarkan reaksi rakyat Indonesia dalam menghadapi Belanda.
Kenyataan inilah yang menjadi latar belakang mengapa sering terjadi bentrok fisik antara rakyat Indonesia dengan Belanda bahkan sekutu, disepanjang tahun 1945 hingga 1949. Melihat sering terjadinya bentrokan fisik dan pertempuran yang terjadi hampir setiap harinya, maka dunia internasional menarik perhatiaannya ke Indonesia, seperti apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat bahkan PBB ditahun-tahun tersebut, sering mengajak Belanda dengan Indonesia untuk melakukan diplomasi. Upaya ini supaya peristiwa-peristiwa kekerasan di wilayah-wilayah tidak semakin berlarut-larut. Oleh Karena itu, selama tahun 1945-1949, perjuangan kita tidak hanya sebatas fisik melainkan juga diplomasi.
Pada saat kita melakukan perundingan dengan pemerintah Belanda, muncullah sebuah nama tokoh yang yang lahir di Semarang Jawa Tengah, H.J. van Mook. Dalam upaya mencari jalan keluar dari konflik Indonesia-Belanda, akhirnya van Mook memberikan seperti gagasan untuk masa depan Indonesia. Namun gagasan ini memang tidak langsung saja diterima oleh pihak Indonesia, sebab inti gagasan van Mook adalah, Belanda akan mengakui kedaulatan Indonesia, apabila Indonesia bukan berbentuk Negara kesatuan, tetapi Indonesia harus berbentuk Serikat. Alasan tersebut konon karena mengingat kalau Indonesia ini terdapat banyak suku dan budaya. Namun yang pasti, sinyal yang diterima oleh pihak Indonesia justru sebaliknya, ini adalah upaya mereka (Belanda) untuk memecah kekuatan Indonesia, persis seperti apa yang telah mereka lakukan sebelumnya ketika republic ini masih berbentuk kerajaan-kerajaan.
Perjuangan demi perjuangan diplomatic yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia telah beberapa kali dilakukan, namun akhirnya pada tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949 di Den Haag Belanda, dalam perundingan yang bernama KMB ( Konferensi Meja Bundar ) pemerintah Indonesia menyetujui dibentuknya Negara Republik Indonesia Serikat ( RIS ). Sesuai dengan hasil persetujuan KMB, pada tanggal 27 Desember 1949, Soekarno dilantik menjadi presiden dan M. Hatta menjabat sebagai Perdana Menteri dari Negara yang kini bernama RIS. Sesuai dengan bentuk Negara yang berserikat, kini Indonesia mempunyai 16 negara bagian didalamnya. Setelah itu barulah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia.
Lantas tidak serta merta setelah Negara ini berbentuk RIS, lantas tidak terjadi masalah. Justru pada saat itu, rakyat Indonesia mayoritas tidak menyukai bentuk baru Negara ini. Terjadi demonstrasi-demonstrasi yang menuntut kembalinya NKRI dari RIS. Alasan mereka yang tidak menyukai bentuk Negara yang baru ini adalah karena Indonesia sangat dirugikan atas keputusan KMB, dan bentuk RIS dinilai tidak menjiwai cita-cita semangat perjuangan rakyat Indonesia. Bayangkan, setelah Negara ini dipecah belah oleh Belanda, Indonesia juga harus menanggung ganti rugi biaya perang ke Belanda. Akibat kesepakatan KMB, akhirnya Belanda berhasil membentuk Negara boneka di Negara ini, para pejuang kita yang lalu sadar betul dengan taktik devide at impera yang dilakukan oleh Belanda pada masa itu.
Reaksi-reaksi keras akibat ketidak sukaan para pejuang kita dilakukan dengan berbagai cara. Golongan dan wilayah-wilayah yang pro-NKRI akhirnya melakukan pembubaran diri dan bersepakat untuk meleburkan diri menjadi tiga Negara bagian pada tanggal 5 April 1950. Setelah itu tiga Negara tersebut lalu bersepakat untuk meleburkan kembali untuk menjadi NKRI. Proses demi proses untuk kembali menjadi NKRI pun telah dilakukan, akhirnya pada tanggal 19 Mei 1950 diadakanlah pertemuan antara RIS yang diwakili oleh Moh. Hatta, dengan RI yang diwakili oleh dr.Abdul Halim, membahas mengenai masa depan bangsa ini. Dengan hasil yang memuaskan sesuai dengan kesepakatan antara pihak RIS dengan RI, NKRI akan dibentuk di Jogjakarta dan membentuk panitia perancang UUD. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS secara resmi dibubarkan dan Indonesia kini kembali menjadi Negara Kesatuan, dan Indonesia menyatakan pembatalan kesepakatan KMB.
Suatu langkah yang luar biasa oleh pendiri dan rakyat Indonesia masa itu. Mereka siap menanggung resiko atas apa yang menjadi kesepakan bersama ketika Negara ini kembali menjadi NKRI. Kita dahulu pernah dibuat kembali untuk berpecah, namun dengan kemauan yang kuat untuk tetap bersatu, akhirnya hingga saat ini kita dapat masih bersatu dibawah NKRI. Perjuangan dalam rangka mempertahankan republic ini sangat panjang, berapa liter darah para pejuang kita tumpah dibumi Indonesia ini? Berapa rupiah yang dikorbankan dalam perjuangan ini? Berapa ruh yang akhirnya harus bertemu sang Khaliq dalam rangka mempertahankan Negara ini?. Lantas apakah yang kita lakukan setelah banyak pengorbanan dimasa lalu? Relakah kita yang hidup pada hari ini mengkhianati pejuang kita -yang rela dan ikhlas mengorbankan apa saja untuk keutuhan bangsa ini- dengan saling bertikai sesama orang Indonesia?. Ingat usaha percobaan untuk meruntuhkan Negara ini tidak hanya berhenti ditahun 1950.
INDONESIA DI MATA DUA RAKSASA: Ada Sebuah Kepentingan
Ketika Perang Dunia kedua berakhir, ada sebuah Negara yang akhirnya menjadi seperti dianggap “Hero”, sebab setelah masuknya dia ke dalam kancah Perang Dunia kedua, berhasil memimpin kemenangan yang menawan. Siapakah Negara tersebut? Pasti kita sudah dapat menebak, dia adalah Amerika Serikat. Disamping Amerika Serikat, ternyata ada sebuah Negara yang tidak kalah hebatnya ketika itu, Negara tersebut dikenal dengan tentara merahnya, dia adalah Uni Soviet. Pada awalnya memang dua Negara ini merupakan suatu rekanan dalam perjuangan melawan Jerman-Jepang-Italia, namun setelah selesai perang justru hubungan mereka berangsur menjadi buruk. Hal ini disebabkan karena perbedaan faham yang mereka anut sama-sama saling bertentangan.
Pada tahun 1947, kekuatan dunia terbelah menjadi dua blok, Blok Timur dan Barat. Blok Timur yang rata-rata merupakan Negara yang berhalauan Sosialis-Komunis dan dipimpin oleh Uni Soviet, melawan Blok Barat yang cenderung merupakan Negara-negara yang berhalauan Kalipalisme dengan dipimpin oleh Amerika Serikat. Dua blok ini sama-sama melakukan persaingan mencari kawan, hingga pada tahun 1949 dalam rangka mempertahankan keamanan Negara-negara Barat, Amerika Serikat membentuk aliansi militer bernama NATO, dan untuk menandingi kekuatan Barat, Uni Soviet pada tahun 1955 membentuk Pakta Warsawa. Ini adalah masa-masa awal dalam sejarah baru dunia yang sering dinamakan dengan “Perang Dingin”. Selama periode tersebut, dua kekuatan besar ini meramaikan sejarah dunia karena mereka saling menancapkan hegemoni politik, ekonomi, militer dan lain-lain ke beberapa Negara-negara didunia.
Salah satu Negara yang menjadi “rebutan” dua kekuatan ini adalah Indonesia. Memang pada tahun 1955 Indonesia terlibat aktif dalam sebuah konferensi yang bernama Konferensi Asia Afrika ( KAA ) dengan tujuan untuk menyatakan sikap untuk tidak ikut dalam kancah perang dingin yang semakin meruncing. Koneferensi yang kelak nanti merupakan melahirkan sebuah gerakan yang isinya perkumpulan Negara-negara yang netral, nama gerakan itu adalah Gerakan Non Blok ( GNB ). Namun walaupun seperti itu, dua raksasa ini ( Amerika Serikat dan Uni Soviet ) berlomba-lomba menancapkan hegemoninya di Indonesia. Hal ini dapat terlihat dibuatnya bekas jalan tol pertama di Jakarta yang konon pembangunan jalan tersebut berasal dari Amerika Serikat, jalan tersebut masih dapat kita lihat namun sudah bukan lagi berbentuk jalan tol, jalan itu terletak didepan gedung Penas, Cawang Jakarta Timur. Uni Soviet pun membantu dua pembangunan yang tidak kalah megah, Rumah Sakit Persahabatan –nama “Persahabatan” tersebut disinyalir sebagai bukti persahabatan antara Indonesia dengan Uni Soviet- ( 1961 – 1963 ) dan Gelora Bung Karno ( 1958 – 1962 ).
Mereka melakukan taktik ini tidak lain untuk menarik hati dan perhatian dari Ir. Soekarno. Namun pada perjalanannya, justru Indonesia yang dipimpin oleh Ir.Soekarno mengarah lebih dekat dengan Blok Timur. Amerika Serikat yang melihat sinyalemen tersebut, lantas tidak tinggal diam. Amerika Serikat langsung memberikan bantuan untuk kekuatan militer Indonesia.
Menurut laporan di media cetak "Suara Pemuda Indonesia": Sebelum akhir tahun 1960, Amerika Serikat telah melengkapi 43 batalyon angkatan bersenjata Indonesia. Tiap tahun AS melatih perwira-perwira militer sayap kanan. Di antara tahun 1956 dan 1959, lebih dari 200 perwira tingkatan tinggi telah dilatih di AS, dan ratusan perwira angkatan rendah terlatih setiap tahun. Kepala Badan untuk Pembangunan Internasional di Amerika pernah sekali mengatakan bahwa bantuan AS, tentu saja bukan untuk mendukung Soekarno dan bahwa AS telah melatih sejumlah besar perwira-perwira angkatan bersenjata dan orang sipil yang mau membentuk kesatuan militer untuk membuat Indonesia sebuah "negara bebas". (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281959-1965%29)
Bahkan sebagaimana yang dipernah dituliskan pada Juli 2001 dalam volume 26 seri documenter FRUS ( The Foreign Relations of the United States ), dengan jujur, pemerintah Lyndon B.Johnson diam-diam menyokong penggulingan kekuasaan Soekarno dengan kudeta militer yang terjadi pada 30 September 1965. Pemerintah Amerika Serikat ternyata telah melakukan rencana menyalurkan uang sebanyak 1,1 Juta Dolar AS kepada kekuatan militer dan gerakan sipil yang anti PKI –Satuan yang tidak resmi dengan sebutan “army-backed death squads” “pasukan maut yang didukung Angkatan Darat- pada masa itu. ( Gouda,Frances. Zaalberg, Thijs Brocades. Indonesia Merdeka Karena Amerika?. Serambi : 2008 ).
Semua yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat itu tidak lain karena Indonesia pada masa itu dinilai semakin mesra dan cenderung dekat dengan pihak komunis. Kondisi Indonesia memang diakui oleh pihak Amerika sangat mempengaruhi geopolitik Negara paman Sam itu, oleh sebabnya Amerika dari dulu sering terkesan ikut campur dalam urusan dalam negeri Indonesia. Itu sebabnya sebaiknya kita pada saat ini waspada akan ancaman dari bangsa lain yang mencoba untuk mengintervensi Indonesia. Apabila kita sering diintervensi oleh bangsa lain, bisa jadi, Indonesia seolah-olah hanya hidup seperti wayang.
IMF : Upaya Mematikan Industri Strategis dan Teknologi Indonesia Terutama Bidang Penerbangan Nasional
Gagasan untuk mengembangkan dunia industri di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak masanya cabinet Juanda, dengan ditandainya penasionalisasian asset asing khususnya Belanda di Indonesia sekitar tahun 1958. Mungkin karena pada masa itu, Soekarno sebagai nahkoda di Republik ini masih memfokuskan masalah pembangunan politik, jadi pembangunan industri di Indonesia belum amat sangat terasa.
Setelah turunnya Soekarno, Indonesia memasuki era baru yang lebih kita kenal dengan Orde Baru. Soeharto sebagai pemimpin pada masa Orde Baru ini, melakukan banyak perubahan yang cukup menawan. Hal yang pertama dia lakukan adalah melakukan stabilitas keamanan dan politik yang ketika itu sempat memburuk sekitar decade 1965an. Setelah itu barulah Soeharto membangun sector industri untuk menunjang sector ekonomi nasional.
Soeharto mendatangkan para ahli teknologi yang nantinya dapat membantu pembangunan industri di tanah air, salah satu teknolog yang mempunyai caliber cukup dikagumi di negeri Jerman adalah B.J Habibie. Dalam waktu singkat, Habibie menyetujui permintaan Soeharto untuk membangun perindustrian didalam negeri, realisasinya adalah pada tahun 1974 berdirilah sebuah divisi yang bernama Advance Technology & Teknologi Penerbangan (ATTP) dibawah naungan Pertamina. Divisi yang jumlah anggotanya tidak sampai selusin ini, ternyata mampu mewarnai dunia teknologi dalam negeri. Perkembangan ATTP pun semakin pesat dan akhirnya pada tahun 1989 dari embrio ATTP terbentuklah BPIPS, DSTP pada tahun 1996 dan holding PT Pakarya Industri/PT BPIS pada tahun 1998.
Akibat banyaknya dana yang harus dikeluarkan oleh Pertamina untuk ATTP, singkat cerita ATTP ini akhirnya dibubarkan dan berganti nama menjadi BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yang berdiri pada tahun 1978 dan sebelumnya pada tahun 1976 terbentuklah PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN). Sepanjang tahun tersebut, Indonesia diwarnai perkembangan yang luar biasa dalam industri dan teknologi, hingga akhirnya kita mampu membuat dan menerbangkan pesawat terbang sendiri ( N-250 pada tanggal 10 Agustus 1995 ), perhatikan, apapakah pada sekitar tahun tersebut ada Negara di Asia tenggara mampu seperti ini? Malaysia baru bisa membuat mobil, kita sudah mengudara. Masihkah kita menganggap remeh kemampuan kita sendiri?.
Sesuai dengan strategi penguasaan teknologi dan pembangunan industri, pemerintah membentuk Tim Pengembangan Industri Hankam ( TPIH ) ditahun 1980, dan berikutnya pada tahun 1983, dibentuklah Tim Pelaksana Pengembangan Industri Strategis ( TPPIS ). Berdasarkan kajian TPPIS, akhirnya singkat cerita pemerintah membentuk Dewan Mentri yang berujung pada tahun1989 didirikanlah Badan Pengelola Industri Strategis ( BPIS ) yang diikuti oleh 10 industri/BUMN. Sejak itulah kita mengenal istilah BUMNIS ( BUMN Industri Strategis ) yang bersama BPIS menjadikan Negara industri sekaligus menjadi kembanggaan Negara dunia ketiga. Hampir semua perusahaan kelas dunia dalam bidang industri baik dari AS, Jepang, maupun Eropa seperti berlomba untuk bekerjasama dengan BUMNIS (Sampurno,F Harry. Kuffal, Runtuhnya Industri Strategis Indonesia. Khazanah Bahari : Jakarta, 2011).
Kekuatan teknologi dalam mendukung industri ditanah air semakin berkembang dan mengesankan. Hingga akhirnya salah satu lembaga yang berkompeten dalam masalah industri pesawat terbang, IPTN setelah mampu membuktikan kepada dunia, bahwa Indonesia mampu membuat pesawat sendiri yang berkode N-250 –bahkan konon saat ini AirFrame pesawat ini dipajang disebuah markas Boing, menunjukan apresiasi yang luar biasa dari industri asing kepada karya nyata Indonesia- dan sukses terbang dilangit Indonesia, pada tahun 1994 (sebelum N-250 terbang) IPTN mulai merancang kembali proyek keempatnya, yaitu membuat pesawat komersial dengan mesin jet pertama di Indonesia (rencananya), N-2130. Sehingga pada bulan Februari 1996, dibuatlah PT. DSTP ( Dua Satu Tiga Puluh ) untuk mengumpulkan dana dalam rangka membiayai proyek pembuatan pesawat ini. Hasilnya sebelum terjadi masa krisis, PT.DSTP berhasil mengumpulkan dana yang mencapai 2,4 triliun rupiah, sekitar hampir 50% dari kebutuhan pengembangan pesawat ini (Sampurno,F Harry. Kuffal, Runtuhnya Industri Strategis Indonesia. Khazanah Bahari : Jakarta, 2011. hal 55-56).
Cita-cita kita mengenai kemampuan Indonesia pada tahun 2013 sudah mampu menghasilkan dan memasarkan pesawat terbang sendiri, akhirnya kandas. Indonesia yang pada tahun 1990-an dianggap sudah mulai tahap “lepas landas”, akhirnya menjadi “take off”. Penyebabnya tidak lain adalah dikarenakan pada sekitar tahun 1997-an Indonesia mendapatkan bencana badai krisis moneter. Untuk menyelamatkan perekonomian tanah air, akhirnya datanglah seorang dokter sekaligus pahlawan yang bernama IMF (International Monetary Found ).
Layaknya seorang dokter, IMF melakukan terapi untuk memulihkan perekonomian Indonesia. Melalui Letter of Intents (Loi) ala IMF, mensyaratkan untuk menghentikan subsidi/bantuan Pemerintah kepada PT.IPTN, dan ini berdampak dengan “kehidupan” PT.DSTP sendiri, sebab PT.DSTP mempunyai perjanjian kerjasama dengan PT.IPTN. Perlu kita ketahui bersama, sebenarnya DSTP sendiri merupakan perusahaan public yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) adalah perusahaan yang sangat sehat dan prospektif. Untuk segi hukum pun, DSTP ini dapat dikatakan merupakan perusahaan yang sangat taat hukum dan selalu melaporkan perkembangannya kepada masyarakat umum melalui surat kabar (Sampurno,F Harry. Kuffal, Runtuhnya Industri Strategis Indonesia. Khazanah Bahari : Jakarta, 2011. hal 12).
Namun apa mau dikata, sesuai amat dari Kelompok Kerja Profesional yang didasari dari salah satu persyaratan IMF, setelah terjadi perdebatan tajam, pada tanggal 15 Desember 1998, perusahaan DSTP secara resmi dibubarkan. Hancur sudah harapan mempunyai sebuah pesawat yang dinilai mempunyai teknologi maju dijaman itu. Entah ini merupakan dugaan atau sesungguhnya terjadi, IMF merupakan lembaga yang didalamnya beranggotakan beberapa Negara-negara yang sering bermain didunia industri, seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan lain-lain. Saya menduga, salah satu sayarat yang mereka ajukan tersebut bertujuan untuk mematikan pengembangan industri dan teknologi dalam negeri Indonesia, dengan logika apabila Indonesia berhasil mengembangkan pesawat sendiri dan dipasarkan, terlebih kita dahulu mempunyai teknologi terbilang unggul tetapi dengan harga lebih murah dibandingkan pabrikan lainnya, maka pasar dunia akan melirik untuk membeli pesawat buatan Indonesia.
Mungkin ini fikiran picik saya, tetapi tetap didasari logika. Semoga saja apa yang saya fikirkan ini salah, namun intinya adalah kita tetap dalam status waspada dengan dalih-dalih bantuan asing yang bersyarat seperti IMF . Mau tidak mau, apabila kita menerima itu semua, dampaknya justru kita seperti menggantungkan hidup kepada lembaga asing. Marilah kita menjadi tuan rumah dinegeri sendiri walau kita tengah berada dimasa apa itu yang dinamakan “Globalisasi”, jangan sampai akibat derasnya arus globalisasi, bangsa ini justru menjadi “budak” dirumahnya sendiri. Ingat, bangsa ini pernah berjaya dan mampu bersaing dengan bangsa lainnya, bahkan kita dapat sejajar dengan bangsa lain yang kita anggap lebih maju.
KITA HARUS JADI TUAN RUMAH DIRUMAH KITA SENDIRI
Sebenarnya banyak dari kita yang sudah mempunyai ketakutan akan bahaya-bahaya tersebut. Selalu saja ada pertanyaan-pertanyaan dari siswa ketika saya tengah mengajar materi mengenai kemerdekaan Indonesia hingga ancaman-ancaman yang mengganggu stabiitas Negara.
“Pak, apakah setelah Indonesia merdeka, masih bisa kita dijajah lagi?”
“Sekarangkan sudah merdeka, terus bisa nggak bangsa lain menjajah kita?”
“Pak, gimana sih cara kita biar nggak dijajah lagi?”
“Pak, bisa nggak sih Indonesia –jaya- kayak dulu lagi ?”
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu sering terlontar dari beberapa orang siswa ketika sedang berada sesi tanya jawab dikelas. Walaupun mereka terbilang baru berusia anak-anak menuju tahap remaja, yaitu dibawah 15 tahun, namun ternyata mereka mempunyai ketakutan dan rindu yang luar biasa akan kejayaan kita dimasa lalu.
Saya berharap, pertanyaan ini tidak hanya ada dibenak anak-anak usia SMP ini, tetapi para remaja dan pemuda harapan bangsa ini mempunyai kerinduan akan kejayaan bangsa ini dan nantinya dapat menyumbangkan karya nyata untuk bangsa ini. Hilangkanlah fikiran skeptis dan acuh mengenai bangsa ini, walaupun banyak yang berkata “Apa yang diberikan kepada kita?” “Untuk apa cape-cape mikirin bangsa ini, emang pemerintah mikirin kita?”, mari kita berfikir lebih jernih lagi. Coba lihat anak kita –kalau yang belum punya anak, ya coba kalau kita sudah punya anak-, rela kita membiarkan anak kita nantinya menjadi budak dari bangsa lain, walaupun dinegaranya sendiri? Rela anak kita nantinya hidup lebih susah dibawah hegemoni ekonomi dan politik dari bangsa asing?. Saya harap jawaban sepakat kita adalah “TIDAK… ANAK KITA HARUS LEBIH BAIK DARI KITA SENDIRI”. Ketakutan saya ini bukan tidak memiliki dasar, coba lihat dengan mata kepala kita, ada berapa banyak perusahan asing di Indonesia? Puluhan? Ratusan? Ini baru ditahun 2013, bagaimana kalu kita biarkan hingga tahun 2020? 2025? 2030? Lihatlah, pertumbuhan mereka berlahan semakin meningkat. Bagaimana dengan industri nasional sendiri?
Mari berjuang saudaraku, kita adalah –HARUS menjadi- tuan rumah dinegeri ini.
SAVE OUR INDONESIA… !!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H