Mohon tunggu...
oktastika nirmala
oktastika nirmala Mohon Tunggu... -

Hipnoterpi surabaya, hipnoterapi indonesia, motivator, motivator nasional, media sugesti, terapi pikiran bahagia

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengapa Saya Selalu Gagal dalam Cinta

25 Mei 2015   19:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:36 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Jodoh di tangan Tuhan, atau sering disebut “johan” adalah keyakinan atau ajaran yang telah diyakini oleh masyarakat. Meski demikian, sebagai manusia, wajib berupaya untuk mendapatkan pasangan yang super ideal.

Sebagian orang kesulitan untuk mendapatkan pasangan yang ideal. Meskipun sudah dicoba berulang-ulang. Atau terlanjur mendapatkan pasangan, namun ternyata tidak seideal yang diharapkan. Atau setidaknya memiliki permasalahan seperti ini :

·Sulit punya pacar / pasangan, khususnya pada usia dewasa.

·Beberapa kali ganti-ganti pacar, namun semuanya memiliki sifat yang mengecewakan.

·Saat ini memiliki suami / istri yang mengecewakan.

·Suka sesama jenis.

·Dll.

Setelah sekian kali menangani permasalahan seperti diatas, kemudian saya menyusun catatan-catatan. Bahwa permaslahan berkaitan dengan pasangan bisa jadi disebabkan oleh pengalaman negatif di masa lalu dengan ayah dan ibunya. Pengalaman negatif ini kemudian, tanpa disadari menjadi referensi untuk memilih pasangan. Dan juga menjadi frekuensi untuk menarik (law of attraction) pasangan yang memiliki kemiripan sifat dengan orang tua yang dibencinya. Seperti di dalam buku saya, “Terapi Pikiran Bahagia”, halaman 124, tentang masa lalu yang mengganggu masa sekarang. Dimana keterpurukan di masa lalu, terkonfersi menjadi software pikiran, yang menghalangi kebahagiaan hidup di masa sekarang.

Selanjutnya saya mencoba meringkas sebab dan akibat, tentang pengalaman buruk di masa lalu bersama orang tua, dan dampaknya pada masa sekarang, berkaitan dengan pemilikan pasangan. Saya mengelompokkan menjadi tiga kelompok besar. Ayah Jahat, Ibu jahat, Ayah-Ibu jahat. Kata “jahat” disini saya gunakan untuk istilah yang meng-generalisasi sifat dan perilaku negatif.

1.Ayah jahat – Ibu menderita.

Dampaknya pada anak laki-laki :

·Benci ayah.

·Tanpa sadar meng-copy sifat jahat ayah.

·Selalu menyakiti pasangan. Seperti halnya dilakukan ayah pada ibu.

·Takut menjadi laki-laki seperti ayah.

·Sulit mendapatkan pasangan, karena takut menyakiti pasangan. Seperti halnya dilakukan ayah pada ibu.

·Memilih untuk mejadi perempuan, khususnya secara psikologis.

Dampaknya pada anak perempuan :

·Benci ayah.

·Tanpa sadar meng-copy penderitaan ibu.

·Memiliki pasangan yang sifatnya sama seperti ayah. Sehingga menderita seperti ibu.

·Takut menjalin hubungan dengan laki-laki.

·Lebih tertarik dengan sesama perempuan, daripada laki-laki.

·Paranoid pada pasangannya. Khawatir pasangannya seperti ayahnya.

2.Ibu jahat – Ayah menderita.

Dampaknya pada anak laki-laki :

·Benci ibu.

·Tanpa sadar meng-copy penderitaan ayah

·Memiliki pasangan yang sifatnya sama seperti ibu.

·Takut menjalin hubungan dengan perempuan.

·Selalu mendapatkan pasangan yang sifatnya sama seperti ibunya.

Dampaknya pada anak perempuan :

·Benci ibu.

·Takut menjadi perempuan seperti ibu.

·Ingin menghormati laki-laki. Menjadi lebih baik daripada ibunya.

·Sulit mendapatkan pasangan, karena takut menyakiti pasangan.

3.Ayah jahat – Ibu jahat

Dampaknya pada anak laki-laki dan perempuan :

·Kehilangan identitas diri.

·Labil.

·Tergantung pada orang lain.

·Takut memutuskan.

·Tidak percaya diri.

Catatan saya tersebut semoga bisa menjadi bahan introspeksi diri, dan menata ulang impian yang hendak Anda tuju, serta meninggalkan kesengsaraan yang sekarang sedang terjadi. Catatan saya tersebut bukan hal yang mutlak. Tuhan lah yang maha mutlak menentukan jodoh untuk hambaNya.

Jika dalam proses introspeksi, Anda menemukan diri Anda termasuk dalam catatan-catatan yang saya sampaikan tadi, ada baiknya Anda secepatnya memutus hidup Anda sekarang dengan sifat jahat orang tua Anda di masa lalu. Saatnya Anda terlahir kembali sebagai insan yang merdeka menentukan hidup Anda sendiri.

Untuk itu, salah satu langkah yang bisa Anda lakukan adalah melakukan Virtual Forgifeness. Yakni memaafkan ayah dan ibu Anda, yang bersemayam di dalam memori pikiran dan hati Anda. Selengkapnya bisa Anda baca pada buku “Terapi Pikiran Bahagia”, halaman 127.

Semoga bermanfaat. Salam sukses bahagia untuk Anda.

Informasi layanan pesan kirim buku “Terapi Pikiran Bahagia” “

085105224499 / pin BB : 52A88CF0

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun