Secara historis, lahirnya agama Hindu melalui adaptasi budaya di antara bangsa Arya sebagai bangsa imigran dari Iran dan Dravida dari India. Bangsa Arya tiba di India sekitar tahun 1500 SM. Dengan kepercayaan dan kebudayaan yang bersifat vedawi, telah menjadi thesa disatu pihak, disisi lain kepercayaan bangsa Dravida yang animis berubah menjadi antitesa.Â
Dari sinkretisme di antara mereka, lahirlah agama Hindu (Hindu). Ketika bangsa Arya datang ke India Itu dihuni oleh penduduk asli India, termasuk orang Dravida. Ciri-ciri ras Arya berbeda dengan ras Dravida. Ciri utama ras Arya adalah lebih agresif daripada ras Dravida, mereka menggunakan Sansekerta, bukan lagi orang nomaden. Tapi sebaliknya, mereka menetap.
Perjalanan panjang agama Hindu berhasil dibawa dan masuk ke Indonesia, namun teori tentang masuknya agama Hindu ke Indonesia berbeda-beda yang dikemukakan oleh para ahli. Teori yang dikemukan tidak hanya tentang masuknya agama hindu, namun agama Budha juga turut dikemukakan. Teori-teori tersebut yaitu :
- Teori Brahmana oleh J.C. van Leur. Teori Brahmana adalah teori bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia oleh seorang Brahmana India (pemimpin agama). Dasar teori ini ada pada prasasti peninggalan kerajaan Hindu-Budha yang sebagian besar berbahasa Pallawa dan Sansekerta.
- Teori Waisya oleh NJ. Krom. Teori Waisya menjelaskan bahwa penyebaran agama Hindu-Budha di Indonesia disebabkan oleh partisipasi kelompok Waisya (pedagang). Dalam teori ini diyakini bahwa para pedagang India memperkenalkan budaya Hindu dan Buddha kepada masyarakatnya melalui aktivitas perdagangan mereka.
- Teori Ksatria oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens. Menurut teori ini, penyebaran agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia dilakukan oleh para ksatria. Dalam teori ini, sejarah penyebaran agama Hindu-Budha ke Nusantara tidak dapat dipisahkan dari sejarah kebudayaan India pada periode yang sama. Pada awal abad ke-2 M, kerajaan India runtuh karena perebutan kekuasaan. Para penguasa kerajaan yang kalah dalam perang diketahui telah melarikan diri ke nusantara saat itu.
- Teori Arus Balik oleh F.D.K Bosch. Penyebaran agama Hindu ke Indonesia disebabkan oleh peran aktif orang Indonesia di masa lalu. Menurut Bosch, masuknya Hindu-Budha ke Indonesia dibawa oleh orang India yang tertarik untuk mempelajari kedua agama tersebut secara langsung di negara asalnya, India. Mereka pergi ke sana untuk belajar, dan ketika mereka kembali mereka mengajar orang-orang apa yang telah mereka pelajari.
- Teori Sudra oleh van Faber. Menurut teori ini, penyebaran agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia dimulai oleh Sudra atau budak yang merantau ke Nusantara. Mereka mendirikan dan menyebarkan ajaran agama mereka di antara masyarakat adat, dari animisme dan dinamisme asli mereka, hingga ketika kepercayaan mereka berkembang pesat dalam agama Hindu dan Buddha.
Begitulah teori-teori masuknya agama Hindu yang dikemukakan oleh para ahli, masing-masing teori memiliki versi berbeda dalam ceritanya. Bagaimanapun Agama Hindu sudah masuk dan menyebar ke Indonesia. Di Indonesia sendiri, umat Hindu mayoritas terdapat di Bali.
 Sama seperti agama-agama lain, agama Hindu juga memiliki banyak hari raya besar yang menjadi ciri khasnya seperti, Galungan dan Kuningan, Siwaratri, Pagerwesi, Ngaben, dan hari raya terbesar agama Hindu yaitu Nyepi. Nyepi dilaksanakan setiap setahun sekali dimana dalam kalender Bali agama Hindu jatuh setiap Tilem Sasih Kasanga. Nyepi berasal dari kata sepi, Kata sepi di sini mengandung arti hening, senyi-senyap.
 Perayaan Nyepi umat Hindu tidak hanya sekedar hening atau mengheningkan suasana, Perayaan Nyepi umat Hindu juga dilakukan dengan yang namanya Catur Brata Penyepian, dimana Catur Brata Penyepian memiliki arti sebagai Empat pantangan penting yang harus dipatuhi umat Hindu saat merayakan Nyepi. Pelaksanaan Catur Brata Penyepian dimulai dari pukul 05:00 hingga 05:00 keesokan harinya dengan beberapa hal berikut:
- Amati geni. Dalam bahasa Indonesia, geni berarti api. Jadi hati-hati dengan api Artinya tidak menyalakan api atau pelita, tidak menuruti nafsu.
- Amati karya. Dalam bahasa Indonesia, 'karya' berarti 'bekerja'. Menoleransi pekerjaan berarti menahan diri dari kerja/aktivitas fisik, menahan diri dari aktivitas seksual, dan rajin dalam pembersihan spiritual.
- Amati lelungan. Kata "lelungan" berasal dari bahasa Bali, akar kata "lunga" yang berarti "pergi". oleh karena itu, amati lelungan berarti tidak bepergian ke mana pun, seperti yang disebutkan di atas, selalu tinggal di rumah dan memusatkan perhatian pada para dewa
- Amati lelanguan. Kata lelanguan juga termasuk dalam bahasa Bali, yang berasal dari kata langu yang berarti hiburan atau rekreasi. Jadi amati lelanguan berarti tidak ada hiburan/rekreasi atau kesenangan termasuk makanan atau minuman.
Namun seiring berjalannya waktu dan modernnya zaman, tidak banyak umat Hindu yang benar-benar melakukan hal tersebut pada saat Nyepi. Terlebih dalam era new normal saat ini, Nyepi yang seharusnya sepi malah ramai, jalan raya dipadati oleh orang-orang bermain, banyak yang jalan-jalan keluar rumah, dan bahkan menyalakan api, makan dan minum tetap dilakukan saat nyepi.Â
Akan tetapi hal berbeda terjadi pada Nyepi di Era New Normal ini, semenjak Covid 19 menyerang, umat Hindu semakin sunyi, terkadang Nyepi juga dijadikan ajang berkumpul oleh beberapa orang, namun saat ini Nyepi benar-benar sepi, masyarakat sudah tidak sepadat sebelumnya. Bahkan saat ini, pengawasan petugas keamanan sangat kurang dimana bisa dilihat masyarakat sangat tidak tertib, jalan raya dijadikan tempat untuk bermain dalam perayaan Nyepi terutama pada Nyepi kamis kemarin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H