Adam
Hallo, namaku Adam Putra, kalian bisa panggil aku Adam saja. Aku ingin bercerita sesuatu yang, aku pun tak benar-benar bisa mengerti mengapa bisa terjadi. Ini tentang aku dengan seorang teman. Namanya Yolanda. Sebenarnya, kami baru saja kenal. Aku tahu tentangnya, setidaknya sedikit.Dia barangkali juga tahu tentangku, setidaknya sedikit.
Antara aku dan Yolanda barangkali hanya sebatas teman biasa, anggap saja begitu. Kami sering ngobrol banyak hal, apa saja yang bisa kami bincangkan. Sesekali kami hanya bertemu via suara. Kadang-kadang juga ngobrol di ruang maya: line untuk sekedar bertukar kabar.
Kami dipertemukan dalam sebuah acara pertemuan perkumpulan mahasiswa. Saat itu, aku melihat semua peserta yang datang. Entah kenapa, tetiba mataku berhenti pada satu orang, yang kemudian aku tau nama lengkapnya Yolanda Putri.
Sejak pertemuan itu, entah mengapa ada bayang-bayang yang selalu mengikutiku: sinar matanya, senyumnya, suaranya. Aku benar-benar tak mengerti apa yang sedang terjadi padaku. Tiba-tiba aku menjadi lelaki yang entah apa namanya, selalu berharap bisa kembali bertemu dengannya—seperti lelaki yang menyukai matahari pagi meski tak bisa ia miliki.
Singkat cerita, sauatu hari aku mengajaknya untuk makan bersama, tanpa disangka ia mau. Kami janjian untuk bertemu, lalu bersama-sama pergi: akhirnya aku dan dia dipertemukan secara langsung.
Saat bertemu dengannya, ada sesuatu yang aneh dalam dadaku: berdegup kencang.
Matanya mengalihkan duniaku. Senyumnya menyinari hatiku. Suaranya bagai senandung yang selalu ku rindu. Lalu tentangnya, aneh tiba-tiba segala tentangnya aku suka: Hey jangan-jangan dia telah melakukan perampokan paling berbahaya ke dalam hatiku.
Memang aku belum banyak tahu tentangnya, tapi aku tak bisa membohongi perasaanku sendiri bahwa pelan-pelan ternyata aku bukan lagi jatuh cinta, tapi jauh dari itu, aku jatuh hati padanya. Barangkali ia sosok perempuan yang selama ini aku cari untuk mengisi hati ini yang telah lama kosong. Ketika pertama kali mengenalnya, sejujurnya aku telah menyukainya.
Physically dia biasa-biasa saja, ada yang lebih cantik darinya, tapi ku akui dia memang manis. Tetapi semakin dekat aku mengenalnya, semakin aku menemukan kecantikannya. Bukan hanya di dalam, ia juga rupanya cantik di luar. Aku mengaguminya, perasaan yang belum pernah kumiliki pada perempuan lain selama ini. Dari semua perempuan di dunia, Yolanda barangkali bukan yang paling cantik, bukan pula yang paling baik, tetapi bagiku mungkin ia yang paling tepat. Aku meyakininya, seperti perasaan yang selalu membuatku ingin dekat dengannya.