RSUD Dr. Soetomo sebagai rumah sakit terbesar rujukan di wilayah Indonesia Timur dan rumah sakit tipe A berupaya memberikan pelayanan kesehatan semaksimal dan seoptimal mungkin. Selain itu RSUD Dr Soetomo merupakan rumah sakit sayang ibu dan bayi. Selama memberikan pelayanan yang berkualitas antara pelayanan utama dan pelayanan penunjang wajib memperhatikan segala aspek demi kesehatan dan kenyamanan kepada pasien. Salah satu aktivitas yang dilakukan yaitu menjalankan program ASI eksklusif. Dalam menjalankan program tersebut ada beberapa kendala yang harus dihadapi, diantaranya adalah tidak ada alat yang dapat membantu proses pengeluaran ASI. Disamping itu adalah pengetahuan ibu yang masih kurang dan gencarnya iklan mengenai susu formula.
Cakupan ASI Eksklusif di Ruang Merpati RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2017 sebesar 37 %. Hal tersebut disebabkan adanya kurang pengetahuan, ASI tidak cukup untuk bayi, puting susu kurang menonjol, tidak ada alat yang membantu untuk merangsang pengeluaran ASI. Pada tahun 2022 terjadi peningkatan ASI perah di ruang Merpati, akan tetapi banyak yang tidak bisa tersalurkan ke bayi.Hal tersebut dikarenakan tidak ada tenaga yang bisa mengantar ke ruang bayi. Selain itu adanya komplain dari penunggu pasien karena tidak bisa menyimpan ASI perah saat menungu keluarga yang sedang di rawat di rumah sakit. Beberapa masalah yang ada membuat para bidan berfikir keras untuk membuat ide, yaitu adanya DUTA ASI. Progam tersebut didukung oleh semua bidan dan perawat yang terkait.
Rumusan masalah yang ada adalah apakah ada hubungan antara DUTA ASI dengan peningkatan ASI perah di RSUD Dr Soetomo Surabaya.
Tujuan dari pelaksanaan inovasi kami adalah : untuk membantu menyimpan dan mendistribusikan ASI perah sehingga dapat meningkatkan capaian ASI eksklusif dirumah sakit khususnya dan juga masyarakat luas pada umumnya.
Manfaat dari inovasi kami yaitu : Angka kematian neonatal menunjukkan penurunan yang lambat. Upaya untuk menurunkan AKB yang sederhana dan mudah dilakukan adalah dengan memberi ASI pada bayi baru lahir, karena ASI mengandung zat imuno yang dapat mencegah infeksi dan diare. Peneliti juga menyediakan alat bantu sederhana untuk merangsang pengeluaran ASI agar bayi yang terpisah dengan ibu tetap mendapatkan ASI.
DUTA ASI merupakan kumpulan dari bidan dan perawat yang berdinas dibeberapa ruangan di RSUD Dr.Soetomo Surabaya. DUTA  ASI mempunyai tugas untuk membantu semua ibu menyusui yang berada di lingkungan RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Salah satu tugas dari program tersebut adalah membantu ibu menyusui untuk tetap bisa memberikan ASI walaupun terpisah dengan bayinya. Selain itu DUTA ASI siap  memberikan informasi yang relevan kepada ibu menyusui dan keluarga. Dari beberapa anggota dari DUTA ASI adalah seorang konselor ASI yang sudah tersertifikasi. Terdapat poster pada setiap ruang tunggu penderita.
Dampak dari program kegiatan inovasi ini adalah bahwa capaian dari terjadi peningkatan ASI perah dari 50 % menjadi 84 % sehingga berdampak positif terhadap peningkatan kesehatan ibu dan bayi baik selama perawatan maupun di luar perawatan. Selain di RSUD Dr Soetomo Surabaya inovasi tersebut dapat digunakan sebagai alat pendukung program pemerintah yaitu peningkatan ASI Eksklusif. Selain itu program inovasi juga akan mengurangi komplain dari konsumen.
Sumber daya yang digunakan yaitu tenaga perawat atau bidan akan semakin mudah melakukan perawatan jika ibu dan bayi mengalami peningkatan kesehatan dengan ASI Eksklusif karena lama perawatan akan semakin berkurang. Strategi yang digunakan agar alat tersebut dapat digunakan secara berkelanjutan yaitu dengan pembuatan standar prosedur operasional bagaimana cara melaksanakan program inovasi tersebut. DUTA ASI dapat digunakan secara berkelanjutan karena terdiri dari profesi yang berbeda dan jumlah pegawai yang cukup banyak.
Keberlanjutan dari inovasi ini jika di lihat dari aspek sosial sangat berpengaruh terhadap masyarakat luas. Dari segi ekonomi bisa kita  lihat karena tidak membutuhkan biaya yang terlalu mahal.
Tantangan yang dihadapi yaitu banyaknya ibu yang kurang pengetahuan, sosialisasi yang tidak menyeluruh ke semua wilayah, dan gencarnya promosi dari susu formula. Belum banyak pihak yang terlibat sehingga pengiriman ASI kurang maksimal.