Oktaffi Arinna Manasikana
Prof. Dr. Sarwanto, M.Si
S3 Pendidikan IPA
Pektin, zat yang sering dianggap hanya sebagai bahan pengental dalam pembuatan selai, sebenarnya memiliki sejarah panjang dan peran penting dalam berbagai bidang kehidupan. Berasal dari kulit buah-buahan seperti apel dan jeruk, pektin kini menjadi bahan yang sangat berharga di industri makanan, farmasi, hingga bioteknologi. Artikel ini mengulas perkembangan penelitian pektin dari masa ke masa, mengungkap bagaimana peran zat ini terus berevolusi.
Awal Penemuan Pektin
Pektin pertama kali ditemukan pada awal abad ke-19 oleh Henri Braconnot, seorang ahli kimia asal Prancis. Ia menemukan bahwa senyawa ini dapat diekstraksi dari buah-buahan dan memiliki sifat mengental. Penemuan ini membawa pektin ke panggung utama dalam pengolahan makanan, terutama dalam pembuatan produk-produk berbasis buah.
Pektin di Era Modern
Seiring berkembangnya teknologi, penelitian terhadap pektin semakin mendalam. Pada awal abad ke-20, metode ekstraksi pektin mulai dikembangkan secara industri. Peneliti mulai memahami struktur kimia pektin, yang terdiri dari rantai polimer asam galakturonat, serta variasi sifatnya berdasarkan sumber dan metode ekstraksi.
Saat ini, pektin tidak hanya digunakan sebagai bahan pengental, tetapi juga sebagai pengemulsi, penstabil, dan agen pembentuk gel dalam berbagai produk makanan. Selain itu, pektin telah terbukti memiliki manfaat kesehatan, seperti membantu menurunkan kadar kolesterol, meningkatkan kesehatan usus, dan berpotensi sebagai agen antikanker.
Inovasi Penelitian Pektin
Dalam dekade terakhir, fokus penelitian pektin telah bergeser ke arah aplikasi di luar industri makanan. Beberapa inovasi terbaru meliputi:
Pektin dalam Farmasi: Digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan kapsul lepas lambat dan pembawa obat.
Pektin dalam Bioteknologi: Dikembangkan sebagai biomaterial untuk scaffold jaringan dalam rekayasa biomedis.
Pektin dalam Pengolahan Limbah: Dimanfaatkan untuk menyerap logam berat dari air limbah.