Sejak awal kemunculannya di tahun 2018, aku sudah menggunakan DANA sebagai opsi pembayaran digital. Melalui DANA, pengguna bisa melakukan transaksi mulai dari pembayaran tagihan, transaksi menggunakan QR, hingga e-commerce. DANA menjadi platform pembayaran digital yang mengusung open platform dan dapat digunakan di berbagai aplikasi, gerai daring maupun konvensional.
Awalnya aku pakai DANA karena banyak promo diskon dengan syarat pembayaran menggunakan DANA. Selain itu, ada free biaya admin untuk transfer ke rekening bank. Sampai sekarang, aku masih menggunakan DANA untuk transaksi keuangan digital sehari-hari. Jadi sudah lebih dari 3 tahun, aku menjadi pengguna DANA.
Penasaran nggak, kenapa memilih DANA sebagai layanan keuangan digital pribadi?
Selama kurun waktu lebih dari 3 tahun menggunakan DANA, aku tidak pernah mendapatkan masalah baik dari segi aplikasi maupun dari segi pelayanan. Padahal sejak pandemi, aku jadi terbiasa cashless dan sering banget pakai DANA buat transaksi. So, aku nyimpen uang yang lumayan banyak di sana.
Maraknya phising dan penipuan bikin aku sangat hati-hati dalam memilih layanan keuangan digital. Kalau udah cocok dan ngerasa aman, nggak ada niatan untuk coba-coba produk lain. Karena belum pernah dapet bad experience saat menggunakan DANA, aku jadi penasaran apakah keamanan DANA memang bagus?
Keamanan Transaksi di DANA
Di antaranya, DANA melakukan identifikasi secara berkala di berbagai aspek mulai dari program kampanye yang sedang berjalan, produk, media sosial, maupun mitra untuk memitigasi risiko terjadinya ancaman. Kok tau sih? Iya dong! Aku kan abis nonton DANA Tech Talk di Youtubenya DANA dan di sana aku dapat banyak banget informasi yang berkaitan dengan sistem keamanan di DANA. Kalau kalian mau nonton juga, bisa nonton di sini ya!
Proteksi ekstra sistem keamanan di DANA ternyata sudah keren, karena itu masalah keamanan transaksi yang terjadi juga minim. Berdasarkan informasi dari Andri Purnomo selaku VP Information Security DANA, transaksi di DANA itu terjamin aman. Kalaupun terjadi masalah transaksi, ada banyak faktor penyebabnya, termasuk penipuan dan kelalaian menjaga data pribadi atau karena phising.
Hal ini sesuai dengan sebuah data Survei Indeks Literasi Digital indonesia bahwa indeks literasi digital di Indonesia termasuk dalam kategori sedang dengan skor 3,49 dan pilar digital safety mendapatkan skor indeks yang paling rendah yaitu 3,10. Jadi, dengan berkembangnya teknologi harus diikuti dengan literasi digital yang baik sehingga manusia bisa beradaptasi dengan pembaharuan teknologi dan meminimalisir risiko terkena phising atau penipuan yang menyebabkan kerugian pribadi.
Trusted, Friendly, and Accessible