Mohon tunggu...
Okta Piliang
Okta Piliang Mohon Tunggu... Seniman - seniman/penyair/

penyihir kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi

OmongKosong

25 Agustus 2022   11:44 Diperbarui: 25 Agustus 2022   11:45 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Omong Kosong

Barangkali pesan ini tak pernah sampai pun dibaca. Ia akan menjadi selembar kertas usang, lapuk diputar waktu, sunyi digilir hari. Tahun ke tahun terlantar sia-sia. 

Dan barangkali rayap-rayap akan memakan hurufnya satu-satu. Hingga tak teraba maksud, dan tujuannya.

"Beri aku sajak" katamu pada satu hari yang baru. "Penyair tak lagi syahdu dalam akar kata, ia berayun dari satu meja rias ke meja rias lainnya" tekanmu

Dan aku menerka-terka. Hingga tumbuh gundah-resah.  Dari sajak yang pernah aku tulis, tentu juga yang pernah aku beri, tak terkecuali; sebuah pesan. Dan itu hanya berupa dugaan; barangkali!

Tak ada yang lain, kecuali kata dalam kalimat gamang, berjalan timpang disela huruf-huruf yang patah, bahkan binasa. 

Ia perih, ia sedih, ia merindu, juga ia seperti peluru; mendesing, lesat dan berampas residu. 

Dalam pekiknya, desau yang igau. Peluru itu pecah, selongsong tinggal berupa kosong. Dan barangkali itu aku; sebuah kekosongan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun