Omong Kosong
Barangkali pesan ini tak pernah sampai pun dibaca. Ia akan menjadi selembar kertas usang, lapuk diputar waktu, sunyi digilir hari. Tahun ke tahun terlantar sia-sia.Â
Dan barangkali rayap-rayap akan memakan hurufnya satu-satu. Hingga tak teraba maksud, dan tujuannya.
"Beri aku sajak" katamu pada satu hari yang baru. "Penyair tak lagi syahdu dalam akar kata, ia berayun dari satu meja rias ke meja rias lainnya" tekanmu
Dan aku menerka-terka. Hingga tumbuh gundah-resah. Dari sajak yang pernah aku tulis, tentu juga yang pernah aku beri, tak terkecuali; sebuah pesan. Dan itu hanya berupa dugaan; barangkali!
Tak ada yang lain, kecuali kata dalam kalimat gamang, berjalan timpang disela huruf-huruf yang patah, bahkan binasa.Â
Ia perih, ia sedih, ia merindu, juga ia seperti peluru; mendesing, lesat dan berampas residu.Â
Dalam pekiknya, desau yang igau. Peluru itu pecah, selongsong tinggal berupa kosong. Dan barangkali itu aku; sebuah kekosongan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H