Mohon tunggu...
Adit Okta
Adit Okta Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

belajar setia dengan apapun dan pasrah menerima sesuatu keadaan yang diluar kemampuan.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Loyalitas yang Terbatas

16 November 2012   01:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:16 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Saya pendukung timnas, tidak peduli dihuni dari agama mana, suku mana, pulau mana, club mana, atau organisasi mana. Bahkan jika dihuni pemain Naturalisasi pun saya tak gentar untuk membela timnas Indonesia.

Banyak opini yang mengiring pembaca yang bernada gusar, berkeluh kesah bak dihantam segudang peluru masalah. Mereka sok dalam nasionalisme, mereka tak sadar apa yang bisa mereka beri untuk negara. Mereka hanya menuntut negara untuk melayani mereka, negara kalah mereka marah, negara menang mereka senang. Sungguh pantaslah jika saya mengatakan habis manis sempahnya dibuang. Sangat ironi sekali mereka memperlakukan timnas seperti halnya dengan pelacur langganan. Entahlah apakah mereka hobi nglacur atau bukan. Yang pasti sifat mereka sangat mirip dengan itu.

Kompasianer kanal bola. Ideologi semacam itu harus kita buang jauh-jauh dari pemikiran kita, buanglah pada tempatnya, jika masih menempel dipikiran anda, dan kalian tetap juga menghardik timnas dengan segala alasan birokrasi, kisruh, SDM bahkan kebijakan-kebijakan bola, dan sebagainya sehingga mengadaikan rasa loyalitas, cinta, kesatuan, hati, dan dukungan, tak usah kalian bergeming tentang bola, pendukung sejati tak kenal kalah atau menang, mereka tak suka mencari berbagai alasan untuk menghina timnas. Suporter berloyalitas tak terbatas sadar, timnas tidak butuh suporter yang terbatas loyalitasnya.

Lebih baik stadion sepi dari loyalitas yang terbatas, sepi dari penonton yang murahan, sepi dari penonton yang hanya bisa menghina, sepi dari penonton yang tak jelas visinya. Dari kesepian ini lalu kalian menjadikan modal untuk menghina lagi, justru saya sangat " mengapresiasikan " kejujuran kalian, yang ternyata hanya bermental ingin malas. ada masalah lari dan menghardik, ketika menang kalian ikut uforianya, sungguh tak adil yang tak kasat mata.

Lantas,

Sampai kapan kalian puas? Bukankah kalian tahu timnas kita turut digembosi oleh media tv yang basis promosinya nomer satu? Tv partai kuning tersebut tidak memberitakan apapun tentang timnas saat kita dirundung berbagai fitnah, dan pengkerdilan, malahan mereka mem blow up berita yang sangat memojokkan timnas, tanpa berimbangnya suatu berita yang lain agar masyarakat tetap tidak tergiring kepada opini media yang sesat. Dengan entengnya kalain berkomentar " coba bandingkan dengan AFF 2010 yang banyak penontonnya ".. Lagi lagi saya pun tertawa melihat keluguan kalian, saya teringat tadi malam dengan comentarnya Mas Okta Cesper yang beliau mengeshare ungkapan ketum PSSI NH pada AFF 2010! Bahwa sukses timnas juga gara-gara NH, tanggapan saya apa untuk korelasinya tentang eksistensi suporter? Cobalah kalian bandingkan iklan-iklan AFF kemarin dengan AFF sekarang di media mereka ( tv1 dan antv ) sangat bertolak belakang! Dulu mereka menyambut dengan dengan iklan promosi yang sangat gencar sekali, bahkan hampir tiap jam selalu ada promosi AFF timnas dengan musik fenomenal " garuda ada di dadaku ", iklan semacam inilah yang secara tidak lansung mengiring informasi bahwa timnas akan bermain, hingga iklan besar-besaran tersebut akhirnya terjawab oleh NH dengan ucapan " timnas sukses tak lepas dari saya ", bukankah anda tak melihat adanya mafia politisasi bola?

Dan akhinya, dugaan saya diatas tidaklah mutlak adanya, jangan salah kaprah, anda saja yang menilai sendiri, antara iklan besar-besaran AFF 2010 dan tanpa iklan 2012, sangat politis sekali, dan tak ada keberimbangan dari ke dua media itu.
Eksekusi hukum pancung timnas, kanal bola kompasiana yang dilakukan suporter pro KPSI ( Komite Perusak Suporter Indonesia ) adalah sebuah gerakan separatis yang mengiring perpecahan lebih jauh, bahkan sangat disayangkan mereka tidak mau lengser juga dari kekusaan yang sudah lama mereka huni di era NH, partai kuning ini seakan-akan tak mau rela lagi popularitasnya surut seperti kedigdayaan mereka era Suharto dulu. Seharusnya legowo, nrimo lan lapang dodo. Biarkanlah otoritas bola sudah saatnya bereinkarnasi dari mafia ( NH ) beralih ke orang baru ( DA ).

Memang kita hanya dapat pahala saja,

Pahala, untuk membela timnas yang sering dikatakan timnas paling buruk, timnas murahan dan timnas kalah jeger, biarlah pahala dukungan yang hanya sekelumit saja bisa memupuk pelecut semangat para pemain timnas. dari hinaan caci maki menjadi pujian yang harum didengar, kesedihan ucapan laknat menjadi bumbu terharu saat kita menang kelak.

Kita serumpun,

Setanah air satu, bahasa kita satu, negara kita bernama satu, timnas kita terpapang satu di dinding daftar Piala AFF 2012, masih belum faham maksud saya ini? Terserah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun