cinta terpanas itu akhirnya bangkit lagi,
semakin dekat semakin terasa, tp ini suatu
mimpi yg tidak bakal tercapai oleh hati,
perasaan dan makna tentang filosofi, bukan
menyerah untuk mendapatkan, akan tetapi
cinta yg panas menembus filsafat yg terbentur dengan karasteristik masing
masing,
orang punya hak mencintai, tp orang tidak
bisa memaksa untuk dicintai, alih alih
menanggapi, yg ada malah rasa angkuh
dan ketidakpantasan duduk bersebelahan
dengannya,
sedikit berharap keajaiban, walau hny
sebatas keakraban, itu sudah cukup
menutupi kekecewaan cinta yg sangat
panas ini.
memaknai cinta bukanlah sebuah tuntutan, karena cinta akan menuntut cinta itu sendiri, tidak dimiliki dan takkan termiliki, jangan berharap cinta akan hadir dari kebiasaan, akan tetapi keselarasan dalam kebiasaan adalah yang mampu menuntun ke jalan cinta .
Cinta yang tidak memperindah wajahnya setiap hari akan menjadi kelaziman sebelum kemudian menjadi perbudakan. bilamana jika cinta dilingkupi nafsu birahi, itu hanya membuat kehausan dan dahaga yang berkepanjangan, tidak akan terobati jika tidak menggunakan hati.
Ikutilah cinta kalau dia membisikmu sekalipun harus menempuh jalan yang terjal dan kasar, pasrahkan dirimu padanya kalau dia memelukmu, walaupun tesimpan di dalamnya pedang- pedang yang tersembunyi di balik sayap-sayapnya yang akan melukaimu setiap saat,
Hakikat cinta itu inti sari perjuangan yg kita jalani,
semuanya atas nama cinta,
kalau memang cinta itu indah....
mengapa saat mencintai kita harus merasa sakit....
cinta terpanas adalah dimana kita harus merelakan cinta itu menuntut kepada cinta yang bukan kepada cinta kita.
Okta Aditya _
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H