Awan gelap berarak bergerak
Menggantikan awan putih yang sedari tadi diam tak bergerak
Awan gelap berarak membentuk riak bergemeratak
Menghilangkan panas yang membuat berteriak
Awan gelap berdetak saling menabrak
Menghasilkan kilat menyambar memekik serak
Cahayanya terang mendatangkan seram
Membuatku kembali terduduk diam
Setiap debur angin menghembuskan hawa dingin
Menerpa wajah menenangkan batin
Membangkitkan rasa takjub dalam batin
Akan kesejukan yang dingin
Awan gelap bersatu
Menderu melebur jadi satu
Meluncurkan rintik satu persatu
Menggantikan terik dengan syahdu
Rima air berdetak di atas tanah
Percik demi percik memiliki nada yang ramah
Menikmati aroma khas tanah
Menghayati irama yang merdu terarah
Semoga ini adalah berkah
Rasa takjub kian tercurah
Saat awan gelap berubah jadi merah
Berkilatan terang menyilaukan mata
Menghasilkan gemuruh yang mendera
Ku bangkit dan berdiri berjalan kaki
Ku patik tungku memanaskan air menyeduh kopi
Menikmati hangatnya kopi dengan keteduhan rintik tadi
Awan gelap turut memberi arti kehangatan yang diberi
Aroma khas kopi membangkitkan inspirasi
Jari jemari begitu ringan merangkai puisi
Bait demi bait terangkai dengan sensasi
Wujud narasi diri dalam bentuk fiksi yang sesuai realiti
Soreku bersama awan gelap dan secangkir kopi
Begitu nikmat menentramkan hati
Melantunkan syukur pada Sang Pemberi
Maha pencipta atas segala suasana ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H