Mohon tunggu...
Okky Margaretha
Okky Margaretha Mohon Tunggu... -

i want to share my idea and my opinion

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sentralisasi Media

20 November 2016   11:57 Diperbarui: 20 November 2016   12:08 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tragedi 4 November belum lama terjadi di Indonesia. Berawal dari ucapan Basuki Tjahya Purnama saat berpidato di Kepualuan Seribu yang menyinggung Surat al Maidah. Berita ini sangat viral di media sosial, bahkan saya sampai mendapat 3 broadcast guyonan tentang hal ini. Karena Indonesia memiliki media yang sama, maka dari Sabang sampai Merauke jelas mengetahui hal ini. Media sangat berperan memberikan informasi kepada semua orang secara cepat, akurat, dan dapat dipertanggungkawabkan.

Pusat-pusat media Indonesia berada di Jakarta, baik yang berupa cetak maupun elektronik. Untuk itu, Jakarta menjadi sasaran utama pencari berita. Pertanyaanya, seberapakah pentingnya berita-berita di Jakarta? Ketika masyarakat bukan hanya tinggal di Jakarta namun ada yang tinggal di daerah Papua, Sulawesi, Kalimantan, maupun Sumatra sehingga mereka  seakan-akan dipaksa menonsumsi berita yang itu-itu saja.

Pilkada Jakarta yang akan terselenggara pada Februari 2017, menjadi  sorotan utama. Padahal masing-masing daerah sebentar lagi akan melakukan pemilunya masing-masing, yang tidak ada kaitannya dengan Jakarta. Saya tinggal di Yogyakarta, yang sebentar lagi akan melakukan pilkada. Memprihatinkannya, saya maupun sebagian masyarakat Jogja yang sebentar lagi akan memilih Wali Kota tidak tahu menahu calonnya, apa programnya. Masyarakat malah lebih paham tentang pilkada Jakarta, baik Agus-Sylviana Murni, Anis-Sandiaga, maupun Ahok-Djarot.

Pengaruh

Kearifan lokal yang multikultural dalam wadah Indonesia mulai luntur. Minimnya saluran lokal, terutama televisi yang menyajikan berita lokal dapat dihitung jumlahnya. Media lokal dinggap tidak gaul, dan kalah saing dengan media nasinal. Pembagian informasi yang merata, baik nasional dan lokal perlu ditinggatkan, bukan hanya media nasional saja. Media lokal perlu dikembangkan, dimana informasi-informasi daerah sekitar masih harus tetap eksis.

Sebenarnya masyarakat lokal sudah jenuh dengan apa yang dilakukan media saat ini. Namun apakah yang bisa dilakukan massyrakat lokal, yang hanya bisa menerima berita seprti itu. Hal ini terbukti dengan sebaran lelucon mengenai tragedi 4 November kemarin. Ketika kita melihat lebih dalam, terjadi pemberontakan atas desentralisasi media oleh masyarakat lokal. Jenuh ketika melihat televsi, siarannya tentang pilkada Jakarta, Kopi Mirnaa, Ahok yang selalu dibahas. Ketika melihat sinetron di televisi, bahasanya lu gue, padahal itu bahasa Jakarta.

Liputan Lokal

Eksisnya media lokal tidak bisa serta merta tiba-tiba. Dibutuhkan kerjasana antara lembaga, pemerintah, maupun masyarakat. Sehingga berita lokal bisa tetep eksis. Media lokal maupun siaran lokal sangat penting bagi kelestarian budaya lokal. Dengan adanya eseimbangan berita maupun informasi baik nasional maupun lokal dapat membentuk masyarakat yang paham akan daerahnya, dengan tetap menjunjung nasionalisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun