Di Makassar, musim hujan bukan hanya identik dengan banjir. Pengemis juga ikut membanjir di Kota ini. Saya mulai mengingat - ingat rute apa saja yang rajin ditongkrongi pengemis, sejak November 2011. Dan sejak itu pula, belum ada upaya dari pemerintah kota untuk membina dan membinasakan pengemis di kota ini. Bukan berarti, masalah pengemis ini baru muncul sejak November 2011, tapi setidaknya, sejak itulah saya memperhatikan eksistensi pengemis di Kota Daeng. Daerah - daerah yang dihinggapi pengemis ini, sebagian besar ada di lampu merah. Antara lain, -Perempatan Jl. Sudirman - Bawakaraeng - Kartini -Perempatan Jl. Monginsidi - Sungai Saddang - Veteran -Perempatan Jl. Landak Baru - Veteran - Landak Lama -Pertigaan Jl. Ratulangi - Kakatua - Landak -Perempatan Jl Sungai Saddang - Monginsidi - Latimojong -Pintu Satu Unhas dan masih banyak lagi Setidaknya daerah - daerah yang saya sebutkan di atas, adalah daerah yang pengemisnya 'maksa'. Mereka menyamar menjadi pengamen, penjual stiker ayat kursi, dan pembersih mobil yang menggunakan kemoceng. Daerah terbaru yang saya amati, adalah pertigaan Jl Boulevard dan Jl AP Pettarani. Di titik ini, baru sekitar sebulan dipasang traffic light. Inilah juga sepertinya, yang semakin mengundang para pengemis dan sejenisnya. Sore tadi saja, tidak tanggung - tanggung, 3 orang pengemis yang masih belia, sempat singgah di samping kendaraan saya. Pasalnya, lampu merah di kawasan ini, cukup lama menyala, sehingga menimbulkan antrian panjang. Antrian inilah yang dimanfaatkan oleh para adik - adik pengemis secara silih berganti. Segerombol anak - anak dengan 'jubah' pakaian ala anak pesantren, berjaga di lampu merah bulevard untuk mengais rejeki. Menurut saya, ini bentuk kamuflase dari pengemis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H