Alkisah,terlihat seorang musafir pria kurus sedang duduk diatas batu besar,di tengah gurun pasir sambil tengadah tangannya
Dari kering mulutnya keluar kata-kata lirih,"terima kasih Tuhan,Kau telah kabulkan doaku"
Karena karuniaMu,kaktus ini indah berbunga-bunga,manis dipandang laksana perawan yang tersenyum ceria
Terima kasih karena kau telah tunjukkan lukisanMu yang indah meski Kau tak ijinkan tuk menyentuhnya
Aahhh,aku sadar,ini kaktus(Mu),bukan kaktus(ku)
Aku hanyalah musafir dekil yang akan malah merusaknya jika ku menyentuhnya,dan kami akan sama terluka
Biarlah ku disini saja,kupandangnya untuk terakhir kali sebelum ku meninggalkannya
Karena di balik gunung,kulihat samar musafir penunggang onta sedang menuju kemari
Pastilah kaktus(Mu) akan lebih terawat bersamanya
Semoga bunganya kian banyak,sampai musim pun tak mampu mencegahnya
Ku ambil saja bayangnya,kusimpan dalam dasar brankas memori yang sepi
Lalu musafir itu mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajah,berdiri lantas berjalan pergi,menyusuri ganasnya gurun tanpa tepi,menuju lembah sunyi tempat tenggelamnya matahari sambil melantunkan syair
"Ohh,akulah sang pengelana
Pencari secercah cahaya
Musafir buduk penggembala kadal-kadal gurun
Naas nya,hatiku sendiri tak mampu kugembalakan,malangnya aku
Di balik lembah itu,kan kubenamkan ingatanku
Karena semua hanyalah titah(Mu),bukan kehendakku
Pastilah kau bertanggung jawab atas itu
Bukankah sejak dulu,telah kau ajarkan derita padaku?
Ini bukan yang pertama
Semoga saja diri ini telah lupa akan rasanya derita
Tapi aku takkan pernah marah padaMu
Karena kau masih selalu berikan tetesan embun di ujung rumput di pagi hari padaku
Mungkin,Kau hanya masih ingin bercanda denganku
Atau memang kau merasa diriku belum pantas mencium aroma bunga kaktus itu
Tak apa
Yang penting Kau tak murka
Biarlah...meski raga ini hancur dan jiwa ini terkoyak
Kuterima dan akan selalu mengakui(Mu)
Jombang,7 agustus 2019