"Ajining diri dumunung ana ing lathi, ajining raga ana ing busana"
Tahukah kalian dengan pakaian khas Jawa Tengah yang memiliki motif bergaris-garis kecil berbahan dasar katun? Ya, batik lurik namanya!
Batik lurik saat ini tersebar di berbagai wilayah Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu tempat pembuatan batik lurik yang terkenal terdapat di Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten.
Yuk kenali lebih jauh tentang batik lurik!
Sejarah Batik Lurik
Kain tenun lurik sudah ada sejak 3000 tahun silam. Tercatat bahwa orang-orang pada saat itu membuat kain lurik dengan cara ditenun. Pada awalnya batik lurik hanya diperkenankan di lingkup bangsawan saja. Akan tetapi setelah itu, stigma tersebut sudah tidak diterapkan lagi sebab lingkungan Keraton juga dapat menggunakannya.
Kata "lurik" atau "lorek" sendiri diambil dari bahasa Jawa yang berarti "lajur, lurus, belang, atau baris". Motif tersebut mungkin terlihat sederhana, tetapi memiliki arti "bagus, serasi, indah, dan mengagumkan".
Perkembangan Batik Lurik
Perkembangan industri lurik saat ini memiliki perubahan yang sangat pesat.
Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997) Batik Lurik ini merupakan hasil tenunan benang asal Jawa Tengah yang bermotif garis-garis. Biasanya Kain Lurik ini kerap dipakai pria maupun wanita yang digunakan sebagai jarik, kebaya, maupun beskap.
Namun pada zaman sekarang ini, kain lurik malah dijadikan busana sehari-hari. Lurik saat ini sudah mendapatkan warna-warna baru. Sehingga dapat pula dipakai sebagai komponen estetika, ulai dari kemeja, rompi, atau jas.
Posmo Bourdieu
Pierre Bourdieu merupakan tokoh penulis atau sosiolog dari Perancis yang dikenal karena pandangan politiknya mengenai isu-isu publik. Dalam pandangannya, Bourdieu berusaha untuk menjembatani antara objektivisme dan subjektivisme.