OKI WIBISONO -Â Awal mula ngecat rambut, saat liburan sebetulnya ini budaya siapa sih?
Beberapa tanda-tanda libur panjang yaitu banyak anak-anak sekolah yang ngecat rambutnya, ada yang berwarna biru, merah, kuning, dll. silahkan cat rambut sesukanya, hanya saja ketika mau di cat rambutnya tolonglah, kalau sudah di cat pakai warna kuning, jangan di tambah warna lagi. nanti malah kelihatannya kayak habis jadi korban uji coba cat.
Yang dilakukan anak-anak ini, biasanya ada yang memuaskan dirinya untuk bergaya sebebas-bebasnya. sebab ketika masih sekolah, mereka masih terikat dengan peraturan-peraturan yang ada di sekolah. tidak boleh ini, tidak boleh itu. sehingga ketika liburan mereka cat rambut sesuka hatinya. dan ini menjadi kebudayaan beberapa anak-anak di Tegal.
Namun ada juga, beberapa orang tua yang memiliki sudut pandang bahwa anak-anak yang dicat rambutnya, biasanya mereka itu kurang perhatian orang tua, sehinga mereka ngecat rambutnya untuk mencari perhatian lingkungan sekitar. dimana umur anak-anak yang masih sekolah, mereka sedang mencari jati diri. pengakuan terhadap lingkungan sekitar.
Dunia anak-anak itu, dunianya hanya senang-senang. pola hidupnya seputar. makan, tidur, senang-senang sama minta uang ke orang tua. namun setiap orang tua harus bisa mengontrol anak -anaknya sendiri, mana yang baik dan mana yang buruk.
Sebetulnya tidak masalah kalau mereka ngecat rambutnya, kan hanya 2 minngu. setelah itu bisa potong rambutnya atau di cat hitam lagi, yang perlu di tekankan orang tua kepada anak-anaknya, jangan berbuat kriminal. Agar orang-orang tidak memandang negativ terhadap mereka yang rambutnya di cat.Â
Sehingga tidak di pukul rata kalau rambutnya di cat berarti orang tua gagal mendidiknya. Tidak ada korelasinya, tidak ada yang tau kalau mereka kalau setiap malam berdoa meminta ampunan kepada Allah. jadi tolong jangan menilai seseorang itu dari luarnya saja. seperti ungkapan Don't judge a book by its cover.
Maka dari itu untuk para orang tua, pantau terus anak-anaknya saat libur boleh senang-senang asal jangan sampai keblabasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H