Mohon tunggu...
Oki Titi Saputri
Oki Titi Saputri Mohon Tunggu... -

Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 2012 Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Intelektual Pemuda untuk Negeri

7 Januari 2014   10:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:04 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kemerdekaan Indonesia 1945 tidak lepas dari  peran pemuda-pemuda (STOVIA,misalnya) yang ikut serta menolak penjajahan dengan perlawanan. Begitu juga dengan penurunan Presiden Soekarno serta Soeharto dilakukan oleh mahasiswa. Mereka begitu aktif dalam mengawal setiap kebijakan pemerintahan, alasannya sangat sederhana; mereka peduli terhadap negera Indonesia. Namun dengan senjata apa mereka melawannya?

Pemuda sebagai harapan bangsa tidak bisa melepaskan diri  dari setiap persoalan negaranya. Begitu juga dengan inovasi dan kreasi pemuda sebagai solusi kenegaraan ini. Inovasi dan kreasi yang diharapkan sejatinya bukan mengharumkan nama negeri dengan banyak penemuan-penemuan pemuda yang dikenal banyak Negara. Tapi bagaimana inovasi dan kreasi yang dimaksudkan adalah menciptakan kebersamaan serta keharmonisan di dalam negeri itu sendiri. Sehingga dengan sendirinya keharuman negeri ini akan tercium oleh negara lain.

Dalam hal ini, intelektual mempunyai tempat strategi di jiwa pemuda-pemuda sebagai landasan mewujudkan kenegaraan yang harmonis. Seperti yang sudah dinarasikan di atas, pemuda mempunyai peran penting dalam mewujudkannya. Tentu dengan intelektuallah mereka melakukan perlawana-perlawanan.

Mereka tidak mempunyai senjata, mereka tidak mempunyai kekuatan represif, namun mereka mempunyai kekuatan intelektual untuk mempersatukan stigma dalam membangun negeri. Dalam artian disini, tidak ada batasan untuk pemuda dalam memajukan negeri sesuai inovasi dan kreasi, tapi jika setiap inovasi dan kreasi tanpa didasari intelektualitas, “sesuatu” itu hanya akan menjadi produk jual beli yang dampaknya tidak signifikan tehadap internal negeri. Seperti yang kita lihat hari ini, kemampuan pemuda Indonesia tidak bisa diragukan lagi di kancah Internasional, tapi kekacauan negeri masih terjadi di mana-mana, kesenjanagan menjadi masakan siap makan. Sungguh menjadi euphoria inovasi dan kreasi tersebut jikalau kelemahan intelektual masih belum diperkuat.

Terlepas dari pengaruh budaya barat yang “memaksa” kita sebagai pemuda untuk melakukan tindakan yang seperti mereka lakukan.  Intelektualitas mempunyai daya tawar sebagai pemersatu kesadaran melakukan konsolidasi untuk mewujudkan keharmonisan negeri Indonesia. Dengan kekuatan intelektuallah kita juga mampu menerjemahkan hegemoni budaya barat yang hampir saja memusnahkan inovasi dan kreasi pemuda Indonesia.

Setidaknya kita sudah mempunyai literasi sejarah yang menjelaskan pentingya intelektual bagi pemuda. Dan itulah yang harus kita budayakan. Intelektual juga tidak hanya sebagai pemersatu kesadaran membangun kemajuan negeri ini. Intelektual juga memicu kita mencintai budaya sendiri sebagai bangsa yang mempunyai peradaban besar.

Sehingga out-putnya adalah inovasi dan kreasi kita tidak keluar dari koridor nusantara. Pemuda bisa menciptakan wayang menjadi hidup dalam persaingan Internasional. Sehingga intelektual yang pemuda miliki juga mengeluarkan sumber-sumber budaya Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun