Mohon tunggu...
Oki Titi Saputri
Oki Titi Saputri Mohon Tunggu... -

Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 2012 Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan dan Katak dalam Baskom

7 Januari 2014   22:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:02 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seberapa besar  kesadaran perempuan memperdayakan dirinya  untuk mendapatkan keadalilan (di) sosial (kita), tentunya materi bukan salah satunya alat untuk mendapatkannya.

Setelah kebijakan publik menetapkan keterwakilan peran perempuan di parlemen dinilai kurang maksimal, timbul permasalahan baru bagi perempuan dengan kerumitan masing-masing yang sampai hari ini belum terselesaikan. Terutama keterlibatan perempuan dalam kasus terakhir ini (korupsi sapi impor Ahmad Fathanah dan beberapa politisi PKS), menunjukkan domestiksasi peran perempuan. Karena pada kenyataanya, perempuan (dalam kasus tersebut) hanya menerima dan melayani. Apakah juga harus memotong alat vital temannya agar supaya perempuan terihat maskulin?

Domestikasi yang sampai hari ini menjadi konstruk (dengan berbeda model) menjadi momok tersendiri yang jika dibiarkan, marjinalisisasi terhadap perempuan akan tetap terjadi yang pada akhirnya merugikan perempuan itu sendiri. Sehingga tidak salah jika aktivis jender mencoba membangun kesadaran yang bisa memberikan pengaruh signifikan untuk menyikapi domestikasi yang sampai hari ini masih berjalan, seperti diskusi, kegiatan LSM, sampai aksi jalanan. Namun lagi-lagi kenyataannya justru berbeda dengan yang diharapkan. Perempuan dengan segala permasalahannya masih menunjukkan adanya ketimpangan sosial karena kesalahan peran dan kaburnya transformasi emansipasi.

Permasalahan perempuan dan yang paling kontras dikarenakan faktor material. Keterlibatan perempuan dalam kasus korupsi dan pemotongan alat vital (beserta contoh lainnya seperti buta huruf) terutama dipengaruhui oleh  materi (ekonomi). Sehubungan pula dengan alur globalisasi yang di belakangnya berdiri modernisasi, westernisasi, konsumerisasi membuat perempuan juga harus tampil glamour jika mau diakui oleh masyarakat.

Pengaruh global ini juga mempengaruhi keterlibatan perempuan di kancah sosial. Tidak mau kalah dengan lawan jenisnya perempuan juga bisa menunjukkan bagian sentral tubuhnya tanpa rasa malu, beban moral dan emansipasi. Contoh kecil di masyarakat tersebut,adalah bagaimana hari ini perempuan tidak bisa lagi menguasai dirinya, tapi perempuan mencoba mengingkari keperempuanannya tanpa pikir panjang dengan keenakan sementara. Seperti halnya dalam dunia politik hari ini, tumbal baru yang bernama perempuan juga ikut mengeksekusi uang haram milik rakyat.

Emansipasi perempuan sebenarnya sudah dicontohkan oleh Kartini. Di tengah keluarga priyayi yang menempatkan perempuan dalam posisi berbeda, misalnya tradisi pernikahan melalui perjodohan. Kartini melawan bukan dengan cara terbuka dan radikal. Kartini tetap melawan dengan kesadaran gendernya melalui menulis surat dan pendidikan. Dari pendidikan inilah, Kartini mencoba menghidupkan kesadaran perempuan yang sudah terkubur budaya patriarki. Jelas tidak terjadi keseimbangan jika perempuan tidak dibolehkan bersuami lebih dari satu sedangkan laki-laki boleh.

Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari Kartini yang nampak adalah Kartini tidak menghiraukan materi yang dimilikinya sebagai keturunan priyayi, tapi lebih memikirkan bagaimana agar perempuan setara dalam peran sosialnya. Untuk membangun kesadaran kolektif inilah kartini menjadikan pendidikan salah satu lokomotif untuk mewujudkannya.

Namun, pendidikan hari ini sudah tidak menjamin terbentuknya kesadaran emansipasi  perempuan melawan penidasan-penindasan yang terjadi terhadap perempuan. Kebanyakan perempuan yang terlihat dan terjerat kasus korupsi adalah perempuan yang seharusnya menjadi tauladan karena pendidikannya yang tinggi. Kita tengok Angelina Sondakh, siapakah yang meragukan pendidikan dirinya, tapi kenapa pada akhirnya Sondakh terjatuh ke lembah jurang hitam kasus korupsi.

Sedemikian lemahkah pendidikan mendasari gerakan perempuan yang mempunyai orientasi emansipasi seperti yang diinginkan Kartini. Ataukah pendidikan  hanyalah elemen kecil yang dijadikan alat untuk melegitimasi kalau perempuan sudah sejajar denga laki-laki. Sedikit sekali perempuan menyadari pentingnya pendidikan beserta fungsinya. Laporan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2010, menyebutkan masih ada sekitar 5 juta perempuan tidak melek huruf. Artinya untuk memperoleh pendidikan saja, perempuan dihambat oleh kerikil-kerikil dan jika sudah mendapatkan pendidikan ia membuat kerikil-kerikilnya sendiri. Meskipun bisa dibenarkan tingkat kualitas perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, tapi itu hanya sampai pada tingkat pendidikan rendah.

Hegemoni materi dan kurangnya emansipasi (pendidikan)lah yang merupakan salah satu penyebab mereka terjerat kasus korupsi dan kasus-kasus lainnya yang merugikan. Penguasaan diri dan kehausan yang berlebihan menjadikan hati nurani buta. Serta keinginan untuk diakui masyarakat dengan menggunakan jalan pintas yang pada akhirnya terserang penyakit korupsi dan kecanduan untuk hidup layak dan kemewahan.

Maka dari itu, materi (kekuasaan) menjadi orientasi hidup bagi banyak kalangan, termasuk perempuan. Sehingga ketika mereka sudah mendapatkan kekayaan yang dicapainya, mereka mejadi lupa. Faruk (budayawan UGM) mengatakan bahwa masyarakat tidak merasa berkecukupan (rumongso cukup) dengan yang dimiliki (Tranggono, Kompas) , sehingga kebuasan terhadap materi semakin dilakukan karena keinginan berlebihan untuk menjadi lebih kaya dan berkuasa.

Meminjam juga bahasanya Daoed Joesoef, jika katak dicemplungkan ke dalam baskom yang berisi air panas, katak akan melompat dan selamat. Tapi jika katak dicemplungkan ke dalam baskom yang berisi air dingin, dan perlahan dipanaskan, katak akan menjadi mati meskipun tidak kerasa.

Perumpamaan di atas tentunya cukup realistis hari ini, perempuan merasa nyaman dengan harta dan materi serta assesoris yang dimiliki tanpa mengetahuai kalau “airnya” akan segera memanas. Pada titit terakir, ketika air memanas perempuan menjadi tak berdaya karena sudah terbukti juga menggunakan uang haram tersebut dan akan menjadi tersangka.

Pengrajin Perempuan

Mengejar pendidikan tinggi bukan permasalahan yang terlalu besar bagi perempuan. Namun, permasalahan besarnya adalah bagaimana pendidikan yang dimilki perempuan menjadi ilmu pengetahuan yang mampu ditransformasikan di kehidupan  sosial yang berorientasi emansipasi. Melalui pendidikan, perempuan mempunyai tanggung jawab untuk mengejewantahkan di masyarakat. Selain untuk menunjukkan peran signifikan perempuan , transformasi pendidikan juga mempuanyai indikasi politik keberlanjutan bagi perempuan.

Munculnya produksi kerajinan di Indonesia diwarnai oleh peran perempuan. Perempuan pengrajin-pengrajin ini sama sekali bukan golongan dari perempuan yang mempunyai gelar pendidikan tinggi. Namun, perempuan inilah yang mempunyai imajinasi untuk membangun posisi perempuan seimbang serta menjadikan perempuan untuk mengakui sebagai agen penting dalam perannya. Transformasi yang dimaksudkan adalah untuk mengubah konstruk yang selam ini masih digdaya di masyarakat dengan memberikan sikap dan peran riil.

Kerancuan perempuan terjadi seperti kasus di atas disebabkan pendidikan yang dimilikinya hanyalah dijadikan sebagai baskom yang pada suatu ketika airnya akan memanas. Kenyamanan dengan pendidikan serta jabatan yang dimikinya membuat perempuan melupakan tanggung jawabnya untuk mentransformasikan pendidikan yang dimilikinya seperti yang dilakukan oleh para pengrajin-pengrajin perempuan, bukan sekadar jembatan dan stagnan di ruang kekuasaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun