Mohon tunggu...
Okita Fatma
Okita Fatma Mohon Tunggu... -

Tidak ada kata TIDAK sebelum mencoba ^try to the extreme zone -- لاترم علما وتترك التعب --

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masihkah Harus Diskriminasi dengan Pendidikan?

29 November 2018   04:18 Diperbarui: 29 November 2018   04:39 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan merupakan suatu kegiatan pelatihan dan pengajaran yang berhak untuk diikuti oleh siapapun. Tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Sejauh ini, banyak kalangan masyarakat menganggap bahwa anak yang berkebutuhan khusus adalah anak yang tertinggal dan bodoh. 

Karena mereka berbeda dengan anak lainnya yang normal, dalam artian tidak mengalami gangguan apapun. Padahal sebaliknya, anak yang berkebutuhan khusus merupakan anak yang istimewa juga memiliki kelebihan yang mungkin tidak dimiliki oleh anak normal pada umumnya.

Berangkat dari suatu rutinitas yang saya lakukan setiap sore hari, yaitu memberikan bantuan bimbingan belajar pada anak yang berkebutuhan khusus lantaran dia mengalami masalah pada tumbuh kembangnya. 

Dia penyandang minimal brain dysfunction (ketidakfungsian minimal otak). Ketidakberfungsian ini bisa termanifestasi dalam berbagai kombinasi kesulitan seperti: persepsi, konseptualisasi, bahasa, memori, pengendalian perhatian, impulsif (dorongan), atau fungsi motorik. 

Anak yang mengalami minimal brain dysfunction cenderung ketidakberfungsian otaknya untuk berpikir, menerima materi di kelas, stimulus maupun rangsangan. Meskipun dapat dikatakan intellegensi dia kurang, namun dalam hal menggambar serta bercerita (mendongeng), jangan diragukaan,,, dia jagonya.

Pernah suatu hari dia bercerita saat berada di sekolah. Sungguh sangat prihatin ketika mendengarnya. Gegara dia mengalami gangguan tersebut, dia sering sekali dikucilkan bahkan dibully oleh temannya. Melihat adanya seperti itu, saya berfikir sangat perlu adanya pendidikan berbasis inklusi di sekolahnya (pendidikan yang tidak diskriminatif), dan dalam setting pendidikan inklusi anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan serta tidak adanya bulliying yang terjadi.

Sekolah yang terdapat pendidikan inklusi adalah sekolah-sekolah yang memberikan layanan khusus dan menerima ABK, tanpa membedakan atau memberlakukan diskriminasi terhadap siswa pada umumnya. Dan pada sekolah yang berbasis ini, ABK diberikan kesempatan yang sama dalam mengembangkan potensi dan skill, mendapatkan kesempatan belajar dan bersosialisasi dengan siswa pada umumnya. 

Melalui pendidikan seperti ini, dapat mensukseskan pendidikan atau sering dikenal dengan EFA (Education For All), yaitu pendidikan yang merata untuk semua golongan tanpa ada sekat atau gaps antar suku, ras, agama, bahkan kemampuan antara siswa yang normal dengan siswa penyandang intimewa.

Siswa ABK, bukanlah siswa yang harus dihindari atau bahkan tidak diterima, melainkan kita harus memperhatikan mereka, memberikan kasih sayang dan senantiasa memberikan stimulus yang tepat, supaya nantinya mereka berkembang.

Kembali lagi pada anak yang saya bimbing, ia memiliki kelebihan dalam hal menggambar, mungkin nantinya sekolah bisa menaunginya untuk menyalurkan ketika ada event- event, supaya mereka mendapatkan hak yang sama dengan siswa pada umumnya.

Dari masalah seperti ini, guru BK sangat dan sangat dibutuhkan untuk mengarahkan bakat serta mengatasi terjadinya gaps antar anak ABK dengan temannya, mungkin dengan membicarakannya dengan guru kelas ataupun juga pada walikelasnya. Sehingga mereka tidak akan merasakan selalu tertekan ataupun minder karena perbedaan dirinya dengan yang lain. patut kita renungkan kembali bahwasanya setiap orang pasti memiliki kelebihan masing-masing, maka dari itu, tidak patut bagi kita untuk menghakimi secara sepihak dan selayaknya bagi kita untuk menghargai antar sesama dan menyayangi anak berkebutuhan khusus disekeliling kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun