Nasional - Indonesia merupakan negara yang mempunyai penduduk dengan beraneka ragam suku, adat-istiadat, bahasa daerah, serta penganut berbagai macam agama dan kepercayaan. Jam'iyyah Nahdlatul Ulama merupakan salah satu komunitas yang hidup di di dalamnya.
Sejak semula Nahdlatul Ulama menyadari dan memahami bahwa keberadaannya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keanekaragaman itu.
Oleh karena itu, Nahdlatul Ulama ikut berperan dalam menentukan arah bangsa ini berjalan.Bagi Nahdlatul Ulama, Islam adalah agama yang ramah dan damai. Dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang terkandung dalam Islam, Nahdlatul Ulama menjadi barometer kegiatan keagamaan yang moderat (tawasuth).
Pada era orde baru banyak perombakan dengan  penyederhanaan partai politik  menjadi tiga partai politik yaitu (Golkar, PPP, dan PDI). Pada saat itu Nahdlatul Ulama membebaskan warganya untuk masuk parpol manapun.Â
Kemudian banyak kader-kader Nahdlatul Ulama masuk dan bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).Â
Bagi Dr Lia Istifhama S.Sos. S. H. I. M. E. I. keponakan Gubernur Jatim, gejala tersebut dapat dipahami secara salah kaprah sebagai khittah Nahdlatul Ulama. Padahal Khittah Nahdlatul Ulama jauh lebih luas dan lebih mendasar dari pada sekedar hubungan antara Nahdlatul Ulama dengan kekuatan politik tertentu.Â
Setelah Orde Baru jatuh dan datang zaman reformasi, warga Nahdlatul Ulama dengan penuh semangat berusaha mempunyai partai sendiri, maka rapat PBNU pada tanggal 22 Juli 1998 M memutuskan dan merestui satu-satunya partai untuk warga Nahdlatul Ulama, yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).Â
Menurut Ning Lia, pilihan politik Nahdlatul Ulama bukan sesuatu yang qhot'i, bukan sesuatu yang abadi. Pilihan politik Nahdlatul Ulama dapat berubah kapan saja. Artinya, bisa saja pada suatu saat nanti Nahdlatul Ulama sama sekali tidak memiliki ikatan emosional dengan PKB, meskipun ikatan historisnya tidak bisa di hapus.
Jatuh bangunnya Nahdlatul Ulama dalam partai politik di Indonesia, merupakan sebuah bukti bahwa Nahdlatul Ulama cukup bisa mewarnai perpolitikan di nusantara dan tidak anti terhadap politik. Sebagaimana partai-partai politik Islam tradisional, Nahdlatul Ulama mengambil gagasan-gagasan sunni klasik sebagai rujukan teoritis utama, bukan hanya masa nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin, melainkan juga dari masa Khalifah Umayyah dan Abbasiyah.Â